Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Kesehatan Nila F Moeloek berpendapat bahwa pemakaian masker N95 untuk melindungi warga dari kabut asap sebenarnya kurang tepat.
Nila menjelaskan, masker N95 memiliki perbedaan pori-pori dengan masker biasa yang saat ini dipakai warga. Pada masker N95, ukuran pori-pori terbilang kecil sekali, padahal polutan yang terjadi saat ini terbilang agak besar.
"Jadi kalau itu menempel (di masker), jadinya malah menutup pori-pori, malah pernapasannya menjadi lebih sulit. Itu yang diterangkan tadi oleh dokter ahli paru. Tadi kami memanggil dokter ahli paru untuk menjelaskan itu," ujar Nila di Kompleks Istana Kepresidenan, kemarin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nila memastikan bahwa masker biasa yang dikenakan warga saat ini justru lebih bagus, karena udara masih bisa keluar dan masuk melalui pori-porinya sehingga si pemakai mampu bernapas dan partikel-partikel yang besar tetap tertahan di masker.
Sementara masker N95, papar Nila, lebih cocok dipakai pada saat terjadi bencana, karena masker tersebut berfungsi untuk melindungi pemakai dari virus yang kecil.
"Itu lebih menahan. Pori-porinya 0,6, jadi itu tergantung partikelnya. Karena dia kan untuk menahan partikel," kata dia.
Namun, Nila tetap memperbolehkan warga yang merasa lebih nyaman memakai masker N95 ketimbang masker biasa meski harus tetap berhati-hati.
Dia pun mengaku telah mengirimkan sebagian masker N95 ke titik-titik yang dianggap sangat memerlukan.
Dalam kesempatan itu, Nila juga menolak tudingan yang menyebut bahwa kementeriannya melakukan penghematan anggaran terkait pendistribusian masker N95.
Dia menyebutkan, masker-masker tersebut telah disiapkan dan diatur oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Data kami yang 27.595 ton itu termasuk yang N95. Kami tidak ada penghematan. Kan kami ada obat-obatan itu penyimpanan untuk kalau ada kejadian (luar biasa). Jadi kita selalu punya cadangan. Dan itu kita sudah keluarkan semua. Jadi bukan penghematan," ujarnya.
Sementara itu, berkebalikan dengan pernyataan Menkes, Singapura justru memberi bantuan puluhan ribu masker yang dibagikan melalui lembaga swadaya masyarakat (lsm) kepada warga Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Pemberian 25 ribu masker tersebut selain untuk warga yang beraktifitas di luar rumah juga diberikan ke sekolah-sekolah. Salah satunya, Madrasah Ibtidaiyah Negeri Model 1 yang berlokasi di Jalan Ramin II Palangkaraya.
Pemberian masker tersebut bukan tanpa alasan. Berdasarkan keterangan Kepala Humas RSUD Doris Sylvanus, Theodorus SA, mengatakan total jumlah pasien yang menderita ISPA baik dirawat inap maupun rawat jalan mengalami lonjakan sangat signifikan.
“Sampai 83 persen kenaikan jumlah pasien kasus ISPA yang dirawat inap,” kata Thedorus. (meg)