#sedekahoksigen Jadi Cara Netizen Bantu Korban Kabut Asap

Abraham Utama | CNN Indonesia
Jumat, 09 Okt 2015 10:08 WIB
Satu kaleng oksigen lebih murah daripada secangkir kopi di pusat perbelanjaan. Dengan kalimat itu, gerakan #sedekahoksigen mengetuk hati publik.
Patung tarian Sekapur Sirih ditutup dengan masker di Jambi. (ANTARA/Wahyu Putro A.)
Jakarta, CNN Indonesia -- Satu kaleng oksigen lebih murah daripada secangkir kopi di pusat perbelanjaan. Begitulah #sedekahoksigen mengetuk hati para calon dermawan.

Gerakan sosial yang baru dimulai Jumat pekan lalu ini kini terus membesar. Bermula dari teman-teman satu komunitas, gerakan ini kian menarik perhatian masyarakat luas.

#sedekahoksigen merupakan hasil pemikiran Rinny Ermiyanti dan Fanny Herdina. Keduanya ibu rumah tangga yang setiap harinya sibuk berwirausaha.
Pekan lalu, Rinny yang setiap Jumat konsisten menjalankan #sedekahnasi untuk dibagikan kepada orang-orang kurang beruntung di sekitar rumahnya di Jakarta, mengajak Fanny untuk bersedekah dengan cakupan wilayah yang lebih besar: warga yang terpapar asap kebakaran hutan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awalnya ide tersebut kami unggah ke Facebook dan beberapa grup kami di media sosial," ujar Fanny kepada CNN Indonesia.

Tiga hari pertama, gerakan ini mendapat respons positif dari teman-teman mereka. Setelahnya, makin banyak orang yang menyumbangkan dana untuk membeli oksigen. "Sekarang banyak penyumbang yang tidak saya kenal," ucap Fanny.

Saat ini #sedekahoksigen menjangkau empat ibu kota provinsi, yakni Palembang di Sumatra Selatan, Jambi, Pekanbaru di Riau, dan Palangkaraya di Kalimantan Tengah. Gerakan ini memiliki koordinator di tiap kota tersebut.

Rinny dan Fanny tak sembarangan memilih koordinator. Hanya yang memiliki kedekatan secara profesional saja yang menjadi koordinator. Fanny mencontohkan, koordinator di Jambi merupakan teman semasa ia berkuliah di Universitas Indonesia.

Mengingat gerakan #sedekahoksigen makin luas, Fanny mulai berhati-hati menerima sumbangan, termasuk dengan sistem pengelolaannya. Ia mendorong para dermawan untuk mengirimkan uang sedekah ke rekening pribadinya atau ke rekening para koordinator yang nama-namanya telah tercantum di akun Facebook-nya.

Bantuan oksigen 30 menit

#sedekahoksigen menyalurkan bantuan mereka dalam bentuk kaleng oksigen bermerek Oxycan. Kaleng ini mengandung 500 mililiter oksigen yang jika dihirup secara terus-menerus akan habis dalam 30 menit.

Awalnya, Rinny dan Fanny berpikir untuk membeli tabung oksigen yang biasa difungsikan rumah sakit. Namun rencana tersebut urung mereka lakukan dengan pertimbangan fleksibilitas.

"Kami sengaja memilih oksigen dalam wadah portable agar bantuan ini menjangkau banyak warga," ucap Fanny.

Satu kaleng Oxycan di Jakarta berharga Rp32.500. Namun di Palangkaraya, harganya lebih tinggi, nyaris berbeda Rp10 ribu.
Membeli kaleng-kaleng oksigen ternyata bukan pekerjaan yang ringan. #sedekahoksigen saat ini kesulitan mendapatkan kaleng oksigen di Palangkaraya.

"Untuk pasokan Palangkaraya, besok kami masih akan bergerilya di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Besok kami juga akan mencoba mencari dari supplier di Surabaya dan Semarang," tutur Fanny.

Pekerjaan mereka tidak berhenti sampai pembelian. Untuk mengirimkan kaleng-kaleng oksigen itu, para penggagas gerakan ini harus memutar otak karena pengiriman melalui jalur udara tidak memungkinkan.

Alhasil, saat ini kardus-kardus kaleng oksigen tujuan Sumatra masih dalam perjalanan darat. Fanny menargetkan bantuan tersebut akan tiba di tujuan esok.

Tidak sembarang orang bisa mengakses bantuan oksigen dari gerakan ini. #sedekahoksigen telah menetapkan tiga kriteria warga yang mereka sasar, yaitu anak-anak, orang lanjut usia, keluarga yang tinggal di rumah-rumah berbahan dasar kayu, dan mereka yang sulit mengakses rumah sakit, baik karena persoalan jarak, keuangan, dan waktu.

Fanny berharap gerakan yang ia gagas bersama kawan-kawannya ini tidak akan berhenti pada titik membagikan oksigen. Ia ingin gerakan ini bisa memberi pemahaman kepada warga tentang bahaya asap, serta urgensi merawat lingkungan yang sehat dan berkesinambungan. (utd)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER