Jakarta, CNN Indonesia -- Peristiwa-peristiwa yang dihubung-hubungkan dengan konflik agama selalu disambut respons masyarakat luas. Bahkan banyak dari masyarakat yang terprovokasi oleh informasi-informasi yang belum jelas kebenarannya.
Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia PBNU Rumadi Ahmad mengungkapkan bahwa ada sedikit jiwa kasar yang dimiliki masyarakat Indonesia dan berakibat pada mudahnya mereka terprovokasi.
Rumadi bahkan berani menyebutkan kekasaran tersebut sebagai penyakit yang dimiliki masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini indikasi masyarakat kita agak kasar atau sakit dalam kaitan provokasi keagamaan," kata Rumadi, kemarin.
Menurut Rumadi penyakit sosial yang diidap masyarakat Indonesia bukan melulu soal konsumsi minuman keras atau pelacuran saja. Intoleransi juga disebutnya sebagai penyakit yang harus disembuhkan.
Rumadi pun mengingatkan bahwa penyakit tersebut bisa saja dimanfaatkan oleh orang tak bertanggung jawab demi kepentingan pribadi dan kelompok.
"Karena penyakit masyarakat, hal-hal yang seharusnya bisa selesai dengan toleransi malah bisa berakhir seperti kejadian di Aceh," katanya.
Sebagai catatan, pada Selasa (6/10) massa dari Pemuda Peduli Islam (PPI) menggelar unjuk rasa dan mendesak pemerintah daerah untuk segera membongkar gereja yang tidak memiliki izin.
Saat itu, PPI memberikan batas waktu hingga kemarin untuk membongkar dan jika tidak dipenuhi maka mereka akan melakukan pembongkaran sendiri.
Sayangnya saat kesepakatan antara pemerintah daerah dan para tokoh agama di Aceh Singkil telah ditandatangani dan disosialisasikan pada Senin (12/10), peristiwa pembongkaran paksa tetap terjadi. Siapa pelaku pembakaran dan pembongkaran hingga kini belum jelas pelakunya.
(gen)