Jakarta, CNN Indonesia -- Kerusuhan dan pembakaran rumah ibadah menyebabkan ribuan jemaat Kristiani asal Aceh Singkil mengungsi. Warga di pengungsian pun mengaku takut untuk kembali ke rumah sebelum ada jaminan keamanan dari penegak hukum.
Keresahan mengenai keamanan dirasakan Ernawati (33), salah satu pengungsi di Desa Saragih, Manduamas, Tapanuli Tengah. Dia mengungsi bersama seorang anaknya, kendati anaknya meminta pulang ke rumah, dia mengaku tidak akan menuruti keinginan anaknya dalam dekat ini. Saat ada sekitar 3.000 warga asal Aceh Singkil yang juga senasib dengan Ernawati, menjadi pengungsi.
"Saya juga bingung mau pulang ke rumah atau tidak, apalagi anak-anak perlu sekolah. Saya butuh jaminan keamanan, baru mau pulang ke rumah," kata Erna, ketika dihubungi CNN Indonesia, Rabu (14/10).
(IKUTI FOKUS: Rusuh Warga Pecah di Aceh Singkil)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal senada dirasakan Pendeta Gereja Huria Kristen Indonesia (HKI) Gunung Meria, Erde Brutu, yang ikut mengungsi ke wilayah Sidikalang, Tapanuli Tengah. Menurutnya, kondisi di sekitar lokasi pembakaran gereja masih mencekam sehingga dia takut keselamatannya terancam.
"Saya mengungsi sekitar pukul 02.00 malam karena takut, saat itu kondisi di sekitar lokasi sudah tenang tapi masih terasa mencekam," ujarnya.
Dia pun mengaku meninggalkan harta bendanya di rumah dan belum akan pulang ke rumah dalam waktu dekat. Mengenai keamanan tempat tinggalnya, dia menyerahkan semuanya kepada pihak keamanan setempat.
"Saya masih trauma, saya akan bertahan di pengungsian sampai suasana kondusif," lanjut Erde.
Menurut dia, saat ini 80 persen jemaat Kristiani Aceh Singkil sudah mengungsi. Di lokasi tempat dirinya mengungsi saja ada sekitar 2.000 pengungsi, semuanya masih membutuhkan bantuan.
"Paling utama selimut, tenda, dan makanan," ujar Erde.
(Baca juga: Tiga Tenda Dibangun di Pengungsian Tapanuli Tengah)
Kerusuhan terjadi di Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh, Selasa (13/10). Sekelompok massa dengan membawa senjata tajam mendatangi salah satu rumah ibadah dan melakukan pembakaran. Aparat keamanan dilaporkan kesulitan mengatasi aksi massa.
Satu orang warga tewas sedangkan beberapa lainnya terluka. Di antara ketujuh orang yang terluka, enam adalah warga, sedangkan satu lainnya merupakan prajurit TNI. Seluruh korban telah dibawa ke rumah sakit untuk dirawat.
Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh, sesaat lagi bakal menggelar pertemuan rekonsiliasi antar pemuka agama. Rencananya, pertemuan tersebut akan diikuti oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Badrodin Haiti.
(stu)