Jakarta, CNN Indonesia -- Kondisi kabut asap di Palangkaraya, Kalimantan Tengah dirasa semakin memburuk. Sudah hampir dua bulan ini aktivitas pendidikan di sana terganggu.
Siti Mutmainah, salah satu guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Langkai, Palangkaraya, mengaku sudah meninggalkan kegiatan mengajar terhitung sejak awal September lalu.
"Murid saya ada lima orang. Sudah pernah ada yang pingsan sampai dilarikan ke RS Bhayangkara. Itu kejadiannya sebelum akhirnya sekolah diliburkan. Kalau sekarang, sudah banyak orang tua murid yang mengungsi ke luar kota," ujar guru kelas 5 itu saat dihubungi CNN Indonesia, Jumat (23/10).
Siti mengatakan, kabut asap tahun ini adalah yang terparah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Seingatnya, kondisi asap saat ini persis seperti suasana saat kabut asap menyerang Palangkaraya pada tahun 1998 silam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengenai kegiatan belajar mengajar, Siti mengatakan, guru-guru tetap berusaha tak mengurangi pendidikan yang semestinya diterima oleh para murid. Pembekalan bank soal menjadi salah satu cara yang mereka lakukan.
"Jadi sebelum anak-anak libur, kami memberikan bank soal untuk dikerjakan di rumah. Penilaian pun baru bisa kami berikan setelah sekolah masuk lagi. Kami keberatan juga kalau terlalu sering libur," katanya.
Dia menjelaskan, dihentikannya aktivitas belajar mengajar saat ini berdasarkan instruksi pemerintah daerah. Harapannya, kegiatan sudah dapat berlangsung normal pada 2 November mendatang.
"Tapi dilihat dulu. Kalau kondisinya semakin parah, mau tidak mau ikut libur," katanya.
Memburuk Setelah Kunjungan PemerintahBerbeda dari kabut asap berwarna abu-abu yang menyelimuti wilayah Sumatra, kabut asap di langit Kalimantan Tengah memang terlihat berwarna kuning pekat.
Siti mengatakan kondisi kabut asap terburuk dirasakannya satu hari setelah kunjungan Presiden Joko Widodo ke Palangkaraya (24/9).
"Hari Jumatnya (25/10) asap sampai kuning. Semakin terbakar dan udara itu terasa padat," kata Siti.
Hal serupa disampaikan warga Palangkaraya lainnya, Miftahul Rahmah. Dia mengatakan kondisi malah memburuk, setelah Menteri Kesehatan Nila Moeloek meninjau Palangkaraya.
Dia mengatakan kondisi sempat membaik pada saat Menkes datang, namun kondisi memburuk kembali saat Menkes kembali ke Ibu Kota.
Karenanya, ujar Mitha, saat itu Menkes hanya menginstruksikan agar para warga selalu menggunakan masker dan mengurangi aktifitas di luar rumah.
"Seperti ada sabotase, ada daerah-daerah yang sengaja langsung dipadamkan karena Menkes mau ke sini. Tapi ketika Menkes balik, ya pekat lagi. Kami di sini sangat kecewa," kata Mitha.
Mengenai kondisi hari ini, Mitha mengungkapkan, kondisi memburuk karena kabut asap sudah berwarna jingga. Menurutnya itu dikarenakan semakin meluasnya titik api dan sulitnya pemadaman kebarakan.
Wanita yang bekerja di salah satu perusahaan BUMN ini mengatakan
water bombing sudah hampir tidak pernah dilakukan di Palangkaraya.
Dia mengatakan bantuan udara sempat diberikan dua bulan yang lalu. "Bombardir cuma di Sumatra saja. (Disini) cuma satu-dua kali saja," ujarnya.
(meg)