Kayu Agung, CNN Indonesia -- Mayoritas kebakaran lahan di Indonesia terjadi di Pulau Sumatra dan Kalimantan. Di Sumatra, salah satu daerah penyumbang titik api terbanyak adalah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Provinsi Sumatera Selatan.
Sebagian besar titik api yang muncul di OKI terjadi di wilayah konsesi sejumlah perusahaan, salah satunya PT Bumi Andalas Permai (BAP). Perusahaan mitra Sinar Mas itu didatangi api dalam tiga tahapan.
Dedi Lubis, salah satu manajer distrik di lahan konsesi PT BAP mengatakan tahap pertama api datang terjadi pada 9 September. Saat itu api muncul dari luar area konsesi dan menyerbu perkebunan Akasia milik PT BAP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Api muncul dari Hutan Lindung Mesuji Lumpur di daerah muara Sungai Batang," kata Dedi di OKI.
Menghadapi serbuan api itu,
fire belt yang sudah dibangun PT BAP tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap penanganan kebakaran lahan. Hal tersebut karena api terlalu banyak masuk ke kawasan konsesi.
Saat itu api terbawa masuk oleh angin yang berembus dengan kecepatan 30 kilometer per jam atau sekitar 15 knot.
Selanjutnya, tahap kedua terjadi kurang lebih sepuluh hari setelah tahap pertama, yakni 19 September. Sumber api berasal dari lokasi yang sama dengan kedatangan api pada tahap satu. Bedanya hanya lokasi yang terkena api.
Sementara tahap ketiga terjadi pada 27 September. Api berasal dari pantai bagian bawah, tepatnya dari Sungai Bogam.
Luas lahan PT BAP di OKI 190 ribu hektare. Dedi berkata, tak semua lahan itu terbakar habis oleh api. Menurutnya, lahan PT BAP yang terbakar tak lebih dari 10 ribu hektare.
"Ttapi tak sampai puluhan ribu," kata Dedi.
Kebakaran lahan tersebut sebagian besar telah berhasil diatasi oleh tim gabungan. Hanya tinggal lokasi tahap tiga yang belum selesai pemadamannya.
"Tahap satu dan dua sudah
mop up dan tinggal asapnya. Sementara tahap tiga baru setengah yang
mop up," ujar Dedi.
Total personel tim gabungan yang sudah bertugas di lahan konsesi PT BAP ada 1.004 orang. Tim tersebut beranggotakan operator alat berat, 130 anggota TNI, dan masyarakat sipil.
(ard)