Usai Silatnas, Rekonsiliasi Partai Golkar Dirasa Garing

Abi Sarwanto | CNN Indonesia
Rabu, 04 Nov 2015 20:29 WIB
Aroma konflik antar kedua kubu dianggap masih berembus, meski kini mereka sudah kembali di bawah atap yang sama, di Slipi.
Dua kepengurusan Partai Golkar hasil Munas Bali dan Munas Ancol menyepakati pelaksanaan silaturahmi nasional (silatnas) pada 1 November di kantor DPP Golkar, Jl Anggrek Neli, Jakbar. Politikus Golkar Nurul Arifin yang didaulat Waketum hasil Munas Ancol, Yorrys Raweyai dan Waketum hasil Munas Bali Nurdin Halid. (Dok.Detikcom/Agung Pambudhy)
Jakarta, CNN Indonesia -- Politikus Partai Golkar Mahyudin, menyatakan Silaturahmi Nasional (Silatnas) yang digelar pada Ahad (1/11) lalu, tidak menyelesaikan masalah yang ada di dalam partai beringin.

Alasannya, rekonsiliasi permanen yang diharapkan dari pertemuan tersebut masih belum terlihat. Hal ini disebabkan belum hilangnya aroma konflik antar kedua kubu, akibat perbedaan pendapat terkait jalan keluar pertikaian.

Di satu sisi, kubu Agung Laksono menginginkan agar Musyawarah Nasional (Munas) digelar karena Putusan Mahkamah Agung menyatakan Golkar kembali kepada hasil Munas Riau yang kepengurusannya selesai pada Desember mendatang.

Sedangkan di sisi lain, kubu Aburizal Bakrie (Ical) bersikukuh Munas tidak bisa diselenggarakan karena Putusan MA mengesahkan hasil Munas Bali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya kira Silatnas, rekonsiliasi kemarin jadi garing, kehilangan makna, dan panjang lagi urusannya," kata Mahyudin di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (4/11).

Menurut Wakil Ketua MPR, salah satu pihak harus mengalah. Mahyudin pun memberi dua alternatif solusi. Pertama, jika ingin rekonsiliasi, Agung Laksono mau menerima Ical sebagai ketua umum, dengan timbal balik pemberian posisi di kepengurusan.

"Mungkin ARB bisa berbagi kekuasaan pada Pak Agung, dengan ditempatkan sebagai ketua harian misalnya," kata Mahyudin.

Sedangkan opsi kedua, Mahyudin berpendapat, Ical dapat mengalah dengan mau menggelar Munas secara bersama-sama, sebagaiman keinginan dari Agung Laksono.

Mahyudin menjelaskan, kehadiran dua tokoh senior Golkar, yakni Jusuf Kalla dan Luhut Pandjaitan murni karena keduanya sebagai kader. Dia menampik jika kehadiran keduanya, dikaitkan dengan kepentingan politik Golkar untuk masuk ke pemerintahan.

Mahyudin juga menolak dikatakan jika kehadiran kedua tokoh itu sia-sia karena belum belum membuahkan hasil rekonsiliasi permanen. Namun, Mahyudin mengatakan, keduanya telah membawa semangat persatuan kembali ke dalam tubuh Golkar, meski harus terus ditindaklanjuti.

"Ya tidak juga, minimal memberi semangat, bahwa ada semangat untuk bersatu, tapi harus ada follow up tindaklanjutnya," ujar Mahyudin.

Mahyudin pun mengatakan, dirinya beserta kader Golkar lain sangat berharap agar konflik elit partai ini segera usai. Hal ini ditandai dengan keduanya yang telah berkantor bersama di Slipi, meski belum saling bertemu.

"Mudah-mudahan bisa ketemu, bisa berundinglah mana yang terbaik bagi partai ini. Kita yang jadi kader, ikut saja bagaimana bos-bos kita menyelesaikan masalah ini. Kalau rekonsiliasi kita ikut, kalau Munas kita dukung," ujar Mahyudin.


(meg)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER