Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei menyatakan sistem peringatan dini banjir dan longsor di Indonesia masih sangat minim.
"Berdasarkan identifikasi BNPB, jumlah kabupaten yang rawan banjir dan longsor sebanyak 279. Sementara, sistem peringatan dini terhadap banjir dan longsor baru ada 42," kata Willem saat ditemui di gedung Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jakarta, Jumat (13/11).
Oleh karena itu, Willem menilai pembangunan sistem peringatan dini harus menjadi fokus pemerintah dalam jangka panjang. Saat ini, Willem mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan universitas-universitas di daerah untuk membangun sistem tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang, misalnya, kami sudah bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk membangun sistem peringatan dini," katanya.
Willem menjelaskan masing-masing daerah di Indonesia punya karakteristik yang berbeda terkait bencana banjir dan longsor. Oleh karena itu, pendistribusian dana untuk pencegahan banjir dan longsor tidak bisa disamaratakan.
"Ada daerah yang bencana longsornya lebih banyak. Musim kekeringan yang begitu lama membuat tanah yang kering menjadi mudah longsor begitu terkena air. Hal ini banyak terjadi di tebing-tebing," katanya.
Berdasarkan data KemenkoPMK, hingga Agustus 2015 terdapat 375 kejadian banjir dengan sejumlah kerugian, di antaranya: 25 jiwa meninggal, 606.655 jiwa mengungsi, 437 unit rumah rusak berat, 15 unit fasilitas kesehatan rusak, 51 unit fasilitas ibadah rusak, dan 166 unit fasilitas pendidikan rusak.
Sementara itu, tercatat telah terjadi 402 kejadian tanah longsor, dengan kerugian: 107 jiwa meninggal, 25.210 jiwa mengungsi, 397 unit rumah rusak berat, dua unit fasilitas ibadah rusak, serta sembilan unit fasilitas pendidikan rusak.
Adapun, bencana banjir disertai tanah longsor tercatat sebanyak 20 kejadian, dengan kerugian: tiga jiwa meninggal, 43.757 jiwa mengungsi, 58 unit rumah rusak berat, lima unit fasilitas ibadah rusak, dan tiga unit fasilitas pendidikan rusak.
Berdasarkan data BMKG, puncak musim hujan di wilayah Indonesia diperkirakan terjadi pada bulan Januari hingga Februari 2016. Banjir dan tanah longsor mendominasi bencana di Indonesia sebesar lebih dari 80 persen.
(bag)