Jakarta, CNN Indonesia -- Ketiadaan stok air tanah (green water) disebut menjadi sebab terjadi bencana banjir dan kekeringan di Indonesia setiap tahun. Menurut Direktur Kehutanan dan Konversi Sumber Daya Air Bappenas, Basah Hernowo, stok air tanah memegang peran untuk mencegah musibah banjir dan kekeringan.
Tanah diakui dapat mencegah banjir karena mampu menyimpan air sebagai cadangan. Air dalam tanah pun dapat mencegah terjadi kebakaran lahan berkepanjangan saat musim kemarau tiba.
Keberadaan air tanah di Indonesia saat ini sudah tidak sebanding dengan jumlah air yang mengalir (blue water) di mayoritas daerah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kenapa banjir dan kekeringan terjadi? Karena green water sudah tidak ada di bawah tanah. Di Indonesia daerah yang masih 'hijau' hanya Papua dan Kalimantan. Di Pulau Jawa dan Bali sudah kritis keberadaan green water," ujar Hernowo di kawasan Kuningan, Jakarta, Minggu (22/11).
Berdasarkan data yang dimiliki Bappenas, saat ini ada kurang dari 35 persen air yang tertampung di dalam tanah Pulau Jawa. Padahal idealnya persentase air yang tertampung di tanah mencapai 65 persen dari jumlah total air yang turun saat hujan.
"Jadi persebaran penduduk Indonesia ada 57,5 persen di Pulau Jawa, tapi cadangan airnya tidak banyak. Hal itu menjadi jawaban kenapa harga air selalu naik tiap tahun," kata Hernowo.
Selain menyebabkan banjir dan kekeringan, ketiadaan stok air tanah juga memicu harga air minum menjadi mahal. Harga air selalu naik karena dibutuhkan teknologi yang mahal untuk mengolah air kotor di sungai agar dapat layak pakai.
"Tarif air mahal di Jakarta terjadi karena banyak biaya dipakai untuk menjernihkan air yang kotor dari sungai dan Kali. Di Pulau Jawa kita mau cari air bersih di mana? Sungai kotor, bendungan parah, air tanah juga umurnya telah pendek," ujarnya.
(rdk)