TNI Pilih Heli Italia, DPR Sodorkan Super Puma Buatan PT DI

Anggi Kusumadewi, Abi Sarwanto | CNN Indonesia
Selasa, 24 Nov 2015 13:59 WIB
Helikopter VVIP pabrikan Italia-Inggris yang dibeli TNI US$55 juta. Super Puma EC225 yang lisensinya dipegang Eurocopter Perancis tapi diproduksi RI US$35 juta.
Pilot dan kopilot di kokpit di helikopter Super Puma NAS 332. (REUTERS/Bagus Indahono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Komisi I Bidang Pertahanan DPR Tubagus Hasanuddin kecewa dengan pilihan Tentara Nasional Indonesia membeli helikopter AgustaWestland AW101 buatan luar negeri untuk sarana transportasi very very important person (VVIP). AW101 diproduksi oleh perusahaan patungan Agusta asal Italia dan Westland Helicopters asal Inggris.
 
“Prosedur pengadaan helikopter sudah benar, untuk menggantikan Super Puma yang digunakan oleh presiden sejak tahun 2002. Demi keamanan memang sudah selayaknya diganti,” kata Hasanuddin di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (24/11).
 
Total usia Super Puma yang selama ini ‘disulap’ menjadi helikopter VVIP ialah 25 tahun. Super Puma itu, menurut Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, sesungguhnya bukan untuk VVIP sehingga tak antipeluru dan tak memenuhi standar keselamatan. (Simak Fokus: HELIKOPTER UNTUK PRESIDEN)
 
Berbeda dengan AgustaWestland AW101 yang telah dibuat antipeluru. Pun helikopter yang diproduksi di Italia itu dilengkapi teknologi canggih dengan desain interior yang mewah dan nyaman, amat cocok untuk pejabat tinggi dan tamu negara selevel presiden dan wakil presiden.
Persoalannya, ujar Hasanuddin, harganya terlalu mahal, yakni US$55 juta atau setara dengan Rp752 miliar lebih. Untuk itu dia menyodorkan alternatif baru, yakni Airbus Helicopter H225 Super Puma yang sebelumnya dikenal dengan sebutan Eurocopter EC225.
 
Meski Airbus Helicopter bermarkas di Perancis, EC225 menurut Hasanuddin dibuat oleh PT Dirgantara Indonesia yang berbasis di Bandung, Jawa Barat, Indonesia. PT DI menangani desain dan produksinya, sedangkan Airbus Helicopter memegang lisensinya.
 
“EC225 ini lebih bagus dan sudah dipakai oleh 32 kepala negara dan raja di dunia. Lagipula lebih baik kita pakai buatan dalam negeri. Harganya hanya US$35 juta, bandingkan dengan AgustaWestland AW101 yang US$55 juta,” kata Hasanuddin.
 
EC225 antara lain digunakan oleh Argentina, Perancis, Jepang, Oman, China, dan Vietnam untuk keperluan militer; serta Aljazair, Kanada, Malaysia, Spanyol, dan Inggris untuk keperluan sipil. Sementara AW101 untuk VVIP dioperasikan oleh Arab Saudi, Aljazair, Nigeria, dan Turkmenistan.
 
“Hendaklah dikaji ulang pembelian helikopter VVIP (AW101) itu,” ujar Hasanuddin.
TNI merencanakan pembelian helikopter VVIP sebelum Jokowi dilantik sebagai Presiden RI pada Oktober 2014. TNI menargetkan memiliki enam helikopter VVIP yang pengadaannya dilakukan bertahap sesuai kemampuan anggaran pemerintah RI.

Saat ini perakitan satu helikopter AgustaWestland AW101 yang dipesan TNI telah mencapai tahap akhir. Sebelum pembayaran dan pengiriman, TNI AU akan menerbangkan sejumlah pilot dan teknisi dari Skuadron Udara 45 ke pabrik AgustaWestland untuk mempelajari cara kerja helikopter itu.

TNI tak hanya menggelar pengadaan helikopter VVIP, tapi juga helikopter serbu dan helikopter antikapal selam. Seluruh pembelian alat utama sistem senjata (alutsista) itu masuk Rencana Strategi TNI 2015-2019.


ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

(agk)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER