Rizal Ramli: Kabau Sirah Rasa Maung Bandung

Hafizd Mukti Ahmad | CNN Indonesia
Sabtu, 28 Nov 2015 14:42 WIB
Ini adalah soal Rizal Ramli, Bandung, dan kerinduannya untuk bisa bangun siang juga membaca buku dengan tenang.
Rizal Ramli sebelum dilantik menjadi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 12 Agustus lalu. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tak perlu rasanya akhir pekan membicarakan melulu soal politik atau kasus hukum. Sebab perkara itu memang tak cocok dibicarakan di ruang keluarga, saat keceriaan berkumpul melunturkan lusuh setelah bekerja sepekan penuh.

Ini adalah soal Rizal Ramli. Seorang menteri di Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Seorang menteri yang, apabila dilihat lebih dekat juga seorang manusia, yang memendam kerinduan untuk bisa bangun siang juga membaca buku dengan tenang.

“Semenjak jadi menteri waktu itu berkurang,” kata Rizal saat berbincang dengan CNN Indonesia di rumah dinasnya,pekan lalu, di Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kiri, kanan, depan, belakang dan atas bawah pembicaraan telah ia utarakan soal pekerjaan, di luar itu semua ada satu yang selalu ia rindukan, kembali ke Bandung, kandang Persib Maung Bandung.

Tahun ini Rizal berusia 62 tahun, dan sampai sekarang pilihan untuk menetap di Bandung ia jaga. Jika merujuk pada tanah kelahiran, Rizal adalah seorang pendukung tim sepakbola berjuluk Kabau Sirah, Semen Padang, Kota Padang, Sumatera Barat. Namun, masa mudanya ia habiskan di bumi pasundan.

“Saya di Padang hanya sampai umur lima tahun, terus pindah ke Bogor lalu kuliah di Bandung, di ITB,” ungkap Rizal.

Rizal bukanlah seorang fanatik olahraga bola sepak. Namun tinggal di Bandung “memaksanya” menjadi seorang yang menyukai kota kembang dengan segala isinya, termasuk Persib Bandung. Di luar itu, suasana sejuk, dingin dan hangatnya tongkrongan menjadi alasan, kelak ia akan memiih tinggal di Bandung ketimbang kota-kota lain di nusantara.

“Saya sudah merasa nyaman di Bandung, seperti rumah sendiri. Dinginnya, mood-nya lebih terasa. Soal perasaan.”

Wajar saja jika perasaan dekat dengan Bandung ia miliki, karena nyaris seluruh titik tolak karier yang ia miliki saat ini berasal dari ranah Siliwangi. Berorganiasi sejak sekolah, ia teruskan saat menjadi mahasiswa jurusan Teknik Fisika di ITB kemudian bertransformasi menjadi seorang aktivis yang bagi beberapa kalangan, hingga sekarang ia dianggap sebagai sosok antineoliberal.

Meski hingga kini belum ada kesempatan untuk menginjakkan kaki lebih lama di Bandung, Rizal tetap menyimpan harapan dan perasaan untuk bisa kembali. Mengutip puisi seorang pemusik dan artisan Bandung Pidi Baiq, sangat relevan bagi seorang Rizal;

“Dan Bandung bagiku bukan cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan.” Pidi Baiq. (sip)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER