Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara, Marsekal Pertama Dwi Badarwanto, mengatakan institusinya akan tetap membeli helikopter VVIP AgustaWestland AW101 meski induk perusahaan tersebut, Finmeccanica, diduga pernah terlibat kasus penyuapan pimpinan Angkatan Udara India dalam pengadaan helikopter Kementerian Pertahanan India pada Maret 2010.
TNI, kata Dwi, telah lama mengkaji kebutuhan militer armada udaranya. Menurutnya, AgustaWestland pun tidak terlibat kasus penyuapan di India.
"Saya punya datanya. Itu tidak betul," kata Dwi di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (2/12). (Simak Fokus:
HELIKOPTER UNTUK PRESIDEN)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dwi membantah kabar yang menyebut polisi dan intelijen India saat ini tengah memburu Christian Michel, seorang perantara yang menjadi kunci utama kasus penyuapan pengadaan helikopter di India itu.
Awal pekan ini, situs bisnis India,
Business Standard, melaporkan bahwa Biro Pusat Investigasi India telah berhasil melacak keberadaan tokoh yang dituding menjadi kunci dalam kasus suap pengadaan AW101. Dia adalah Christian Michel.
Michel diketahui bersembunyi di Dubai, Uni Emirat Arab. Selain itu, Giuseppe Orsi, bos Finmeccanica, sebelumnya ditangkap karena telah membayarkan uang ke Michel untuk menyuap pimpinan Angkatan Udara India agar mengubah spesifikasi helikopter sehingga bisa cocok dengan model helikopter VVIP buatan AgustaWestland.
"Siapa bilang (Michel) buron? Sudahlah, kita enggak ada kaitan soal itu dengan India. Bantulah TNI AU untuk memiliki pesawat itu," kata Dwi.
Dwi menuturkan, TNI AU sudah mengkaji kebutuhannya dan yakin AW101 sesuai dengan kebutuhan tersebut.
"Kami sudah kaji. Siapa yang buat ini sudah kami kaji. Kami tidak ada kontak dengan India dan segala macam. Kami langsung ke sana (AgustaWestland). Pesawat yang memenuhi spek yang kami inginkan hanyalah itu (AW101)," ujar Dwi.
Menurut Dwi, TNI AU telah memesan sembilan unit helikopter AW101 hingga tahun 2019. Satu di antaranya akan datang tahun depan.
"Kalau jadi ini ya, tahun depan sudah datang satu," kata Dwi.
Salah satu alasan TNI AU memilih AW101 adalah karena helikopter itu dinilai memiliki kelebihan soal baling-baling.
"Kalau beli helikopter, harus lihat baling-balingnya. Karena jika helikopter digunakan untuk ke daerah-daerah bencana, terutama di perkampungan, bayangkan kalau baling-balingnya besar, bisa terbang semua (benda-benda). Nah, dari situ terlihat yang baling-balingnya paling kecil dan halus AW101," ujar Kepala Staf TNI AU Marsekal Agus Supriatna.
Agus mengatakan pilihan atas AW101 merupakan hasil kajian internal TNI AU. “Kajian dari skuadron VVIP, lalu diteruskan dikaji di Markas Besar TNI. Akhirnya saya putuskan beli AW101 untuk memenuhi rencana strategi 2014-2019. Kami mencari yang terbaik,” ujar dia.
Sementara Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan rencana pembelian helikopter VVIP tetap melalui mekanisme kajian di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional sebelum pengadaannya diputuskan di Kementerian Pertahanan melalui mekanisme Tim Evaluasi Pengadaan.
(agk)