Luhut Terharu Kenang Pertempuran di Timor Timur

Abraham Utama | CNN Indonesia
Senin, 07 Des 2015 14:02 WIB
Menkopolhukam tersebut tampak berkaca-kaca ketika ia menceritakan kembali perjuangan pasukan Indonesia ke Timor Timur (kini Timor Leste).
Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan tampak berkaca-kaca ketika ia menceritakan kembali perjuangan pasukan Indonesia ke Timor Timur (kini Timor Leste). (CNN Indonesia/ Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan tidak mampu membendung perasaan haru ketika didaulat memberikan pidato pada peringatan 40 tahun penerjunan Satuan Tugas Nanggala V ke Dili, Timor Timur (kini Timor Leste).

"Saya agak terharu karena saya berpikir, saya bisa begini karena prajurit-prajurit yang sudah pergi. Saya pikir, perjalanan itu berlalu begitu cepat," ujarnya di Markas Komando Pasukan Khusus, Cijantung, Jakarta, Senin (7/12).
Ketika memulai pidatonya, Luhut terdiam beberapa kali. Matanya tampak berkaca-kaca. "Saya masih sehat seperti ini, tapi anak buah saya sudah banyak yang pergi," ujarnya.

Saat Satgas Nanggala V diterjunkan ke Dili, Luhut masih berpangkat letnan satu dengan nomor registrasi pusat 23291. Kala itu, Luhut berstatus sebagai komandan kompi A.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada pidatonya, Luhut menyebut penerjunan Satgas Nanggala B sebagai "momen yang benar-benar membuat kami ingat, gagah berani tapi tidak terencana dengan baik."

Menurut Letnan Jenderal (Purnawirawan) Sugito yang saat itu berstatus Komandan Satgas Nanggala V, ia menerima perintah untuk memimpin penyerangan ke Dili melalui sebuah operasi lintas udara.
Sugito berkata, penyerbuan itu merupakan pembuka bagi Operasi Seroja yang merupakan operasi militer berskala besar dan melibatkan banyak pasukan.

Perintah yang diterima Satgas Nanggala V, setelah mendarat di Dili pada 7 Desember 1975, mereka diharuskan menguasai tiga tempat strategis, yaitu wilayah pusat pemerintahan, pelabuhan dan lapangan terbang.

"Dalam persiapan, kami selalu dapat petunjuk dan pengarahan dari intel hankam (staf intelijen pertahanan dan keamanan)," ujar Sugito.

Namun, tidak sedikit informasi intelijen yang Sugito dapatkan ternyata tidak tepat. Sungai Komoro yang berada di bagian barat Dili, misalnya, disebut selalu banjir dan dihuni banyak buaya dan bintang berbisa.

"Kenyataannya sungai itu kering dan tidak ada apa-apanya," ucapnya.

Perintah penerjunan mendadak dan informasi intelijen yang keliru mengakibatkan Satgas Nanggala V mendapatkan banyak kerugian. Sugito mengatakan, 13 prajurit gugur dan lima prajurit hilang karena tercebur ke laut.

Penerjunan tanggal 7 Desember 1975 dini hari itu juga mengakibatkan luka berat bagi sejumlah prajurit. Dua tangan Letnan Kolonel Atang Sanjaya, ketika itu menjabat Komandan Kompi C dengan pangkat kapten, tertembak oleh personel pertahanan Timor Portugis. (utd)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER