Tak Mau Dipanggil 'Yang Mulia' Sudding Akan Mundur dari MKD

Gilang Fauzi | CNN Indonesia
Kamis, 17 Des 2015 13:40 WIB
Legislator Hanura Sarifuddin Sudding mengatakan tak sanggup lagi mendengar dirinya dipanggil 'Yang Mulia.' Dia lelah menghakimi anggota Dewan yang bermasalah.
Politikus Hanura Sarifuddin Sudding lelah bergelut di Mahkamah Kehormatan Dewan. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Mahkamah Kehormatan Dewan dari Fraksi Hanura, Sarifuddin Sudding, mengatakan sudah cukup bergelut di MKD. Dia berniat mengundurkan diri dari MKD.

“Saya sudah tidak sanggup untuk dipanggil lagi ‘Yang Mulia’ di forum sidang MKD. Saya akan minta ke Fraksi (Hanura) untuk mundur dari MKD,” kata Sudding di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (17/12).

Rencana pengunduran diri Sudding dari MKD ini ia kemukakan tepat setelah persidangan etik terhadap Setya Novanto rampung –mesti tak tuntas karena MKD batal memutus sanksi bagi Setya setelah politikus Golkar itu menyerahkan lebih dulu surat pengunduran dirinya sebagai Ketua DPR ke MKD.
Selama mengawal persidangan kasus etik Setya, Sudding termasuk anggota majelis yang paling lantang dan tegas dalam bersikap. Dia cukup keras menanggapi dugaan pelanggaran etik oleh Setya Novanto.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setya Novanto diduga melanggar kode etik dengan meminta saham PT Freeport Indonesia. Dia disebut mencatut nama Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, sebagai kompensasi atas niatnya memuluskan perpanjangan kontrak Freeport di Indonesia.

Bergelut dengan kasus-kasus etik para anggota Dewan di MKD dan mesti menghakimi mereka yang bermasalah, kata Sudding, amat  menguras energi. Ia sudah lelah.

Menurut Sudding, waktu habis untuk debat kusir lantaran para anggota MKD berasal dari berbagai disiplin ilmu.
Sudding juga mengaku ragu dengan kredibilitas MKD. Ia merasa majelis masih membawa kepentingan tertentu. Objektivitas anggota MKD dalam menanggapi aduan perkara pun akhirnya menjadi pertaruhan.

"Saya berharap orang-orang di MKD melepaskan dari mana dia berasal, melepaskan pertemanan, dan melepaskan kedekatan dengan seseorang. MKD perlu pembenahan, termasuk orang-orang yang ditempatkan di MKD," ujar Sudding.

Khusus untuk Setya Novanto, MKD sudah dua kali mengusut kasus etik terkait dia. Pertama terkait pertemuan Setya dan rombongan delegasi DPR di New York dengan Donald Trump, bakal calon presiden AS dari Partai Republik. Kedua, soal skandal rekaman Freeport di maca Setya berbincang dengan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin dan pengusaha Riza Chalid.
(agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER