Jakarta, CNN Indonesia -- Partai Golkar meminta tahun 2016 tak diawali dengan kegaduhan politik tentang perombakan atau
reshuffle kabinet jilid kedua. Kunci utama untuk meredam kegaduhan itu, menurut partai berlogo beringin itu, ada pada sikap Presiden Jokowi.
“Kalau isu tentang
reshuffle tidak dikendalikan, akan merusak kepastian. Para menteri pun tidak nyaman bekerja, butuh kepastian. Karena itu Presiden hendaknya sudah memberi kepastian tentang
reshuffle kabinet pada awal tahun 2016,” kata Sekretaris Fraksi Golkar di DPR, Bambang Soesatyo, dalam keterangan tertulisnya, Senin (28/12).
Soal perombakan kabinet, menurut Bambang, juga terkait konsistensi Jokowi. Sang Presiden, dalam sidang kabinet baru-baru ini, berjanji pemerintahannya akan bekerja lebih cepat dan lebih keras lagi karena tantangan tahun 2016 jauh lebih berat.
Presiden juga mendorong para menteri meningkatkan efektivitas pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mewujudkan tujuan Jokowi itu, Bambang berpendapat suasana di tubuh Kabinet Kerja harus lebih kondusif dan kompak. Dalam hal ini, kata dia, soliditas kabinet bakal sulit terbangun jika para menteri dihantui kabar
reshuffle kabinet.
Guna merealisasikan APBN 2016 misalnya, tiap kementerian atau lembaga butuh waktu konsolidasi, termasuk koordinasi dengan pemerintah daerah. Nantinya jika terjadi
reshuffle kabinet, proses konsolidasi oleh menteri baru dinilai Bambang tidak mudah.
“Jika Presiden tidak segera memberi respons (soal isu
reshuffle), yang akan terjadi adalah kegaduhan. Masyarakat sudah tidak ingin lagi ada kegaduhan," ujar Bambang.
Presiden Jokwi kembali menyinggung soal perombakan kabinet di sela kunjungannya ke sejumlah daerah akhir pekan kemarin.
“Saya selalu memantau pembangunan-pembangunan infrastruktur di daerah karena ini sangat penting. Jika saya monitor penggarapan jalan terasa lambat, saya langsung tanya mengapa lambat,” ujar Jokowi.
Jokowi berkata lagi, “Saya beri waktu satu setengah bulan. Jika belum juga dikerjakan, maka saya beri rapor merah (menterinya). Itu yang nanti kena
reshuffle. Begitu cara saya bekerja."
Sejumlah partai politik saat ini tengah bersiap menyambut rencana reshuffle kabinet itu. Mereka siap jika ada menterinya yang digeser, dan di saat yang sama menyiapkan pula nama-nama calon menteri baru.
(agk)