Jakarta, CNN Indonesia -- Panglima Besar Laskar Pembela Islam (LPI) Maman Suryadi membantah adanya penyisiran atau
sweeping mencari Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi tadi malam. Menurutnya, pemeriksaan dilakukan pada kendaraan yang masuk ke Taman Ismail Marzuki (TIM) untuk mencegah Dedi hadir dalam acara di Jakarta.
Pemeriksaan menurutnya dilakukan bukan hanya oleh Laskar Pembela Islam atau Front Pembela Islam (FPI). Tapi juga oleh masyarakat Cikini dan sekitarnya yang memang tak menghendaki kehadiran Dedi. Laskar Pembela Islam menurut Maman adalah organisasi sayap dari FPI.
"Kami luruskan, kami bukan sweeping. Kami hanya memeriksa kendaraan karena tak ingin Bupati Purwakarta ada di Jakarta," kata Maman kepada CNN Indonesia, Selasa (29/12).
Penolakan terhadap Dedi dilakukan karena sebelumnya FPI juga ditolak masuk ke Purwakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maman mengatakan, aksi tadi malam juga bukan aksi anarkistis. Laskar Pembela Islam menurutnya sudah berkoordinasi dengan kepolisian dan panitia penyelenggara Federasi Teater Indonesia.
Penyelenggara mengundang Dedi untuk menerima penghargaan di TIM bersama seorang budayawan. Namun karena ditolak oleh massa yang memeriksa kendaraan di depan TIM, penghargaan urung diterima langsung oleh Dedi.
"Kami hadir di TIM hanya untuk mengawasi, kalau memang kami anarkistis, pasti sudah dibubarkan oleh polisi," katanya.
Sebelumnya Kapolres Jakarta Pusat Komisaris Besar Hendro Pandowo juga mengatakan hal yang sama. Pemeriksaan dilakukan massa karena tak ingin Bupati Purwakarta hadir di Jakarta.
Untuk mengawasi jalannya pemeriksaan, kepolisian mengerahkan ratusan petugas agar tidak terjadi tindakan kekerasan.
Sementara itu Penanggung Jawab Federasi Teater Indonesia Radhar Panca Dahana mengatakan, Dedi tidak bisa menerima penghargaan secara langsung karena masalah keamanan.
Radhar mengatakan, panitia sebenarnya telah menyiapkan pengamanan yang cukup ketat. Namun Polda Metro Jaya tetap tidak mengizinkan Dedi Mulyadi untuk hadir di acara penghargaan itu.
Meski tak hadir, penghargaan untuk Dedi tetap diserahkan meski secara imajiner.
(sur)