'Yang Pegang Senjata di Papua Tak Hanya OPM'

Yohannie Linggasari | CNN Indonesia
Rabu, 30 Des 2015 12:20 WIB
Aktivis Papua berpendapat polisi gegabah karena langsung menuduh Organisasi Papua Merdeka sebagai dalang penyerangan Polsek Sinak, hanya dalam hitungan jam.
Organisasi Papua Merdeka kerap dituding aparat RI sebagai dalang peristiwa kekerasan di Papua. (Getty Images/Ulet Ifansasti)
Jakarta, CNN Indonesia -- Aktivis Papua Itu Kita, Zely Ariane, berpendapat polisi terlalu gegabah menuduh Organisasi Papua Merdeka sebagai dalang penyerangan Polsek Sinak, kurang dari 24 jam setelah peristiwa terjadi.

“Bagaimana mungkin dalam hitungan jam, polisi dengan yakin menyatakan OPM yang bertanggung jawab. Padahal yang pegang senjata di Papua tidak hanya OPM,” kata Zely kepada CNN Indonesia, Rabu (30/12).
Menurut Zely, ini bukan kali pertama polisi menuduh OPM ada di balik kasus-kasus kekerasan di Bumi Cenderawasih.

Pun serangan terhadap polisi bukan hal baru di Papua. Meski demikian, ujar Zely, kasus kekerasan kepada polisi jauh lebih sedikit dibanding kekerasan terhadap masyarakat sipil.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Dalam banyak kasus kekerasan terhadap warga, bukti jelas menunjukkan pelakunya adalah aparat penegak hukum. Sementara dalam kasus penyerangan terhadap polisi, masih belum jelas siapa yang melakukan, namun polisi sudah langsung sebut OPM,” kata Zely.

Senada, aktivis lembaga swadaya masyarakat Aliansi Demokrasi untuk Papua (AlDP) Latifah Anum Siregar yang merupakan penerima Gwangju Award 2015 mengatakan polisi harus mengusut kasus ini lebih mendalam sebelum menuduh OPM pelakunya.

Anum berpendapat, belum tentu motif penyerangan berlandaskan ideologi. Oleh sebab itu ia meminta polisi mengusut tuntas dan melakukan investigasi lebih mendalam.

“Polisi juga menuduh OPM dalam kasus penyanderaan di perbatasan Papua Nugini beberapa waktu lalu. Ternyata bukan,” kata Anum.
Kasus kekerasan di Papua, menurut Zely, biasanya meningkat ketika Presiden Joko Widodo hendak berkunjung. “Masyarakat Papua adalah masyarakat yang trauma dengan tentara. Mungkin saja pengamanan yang terlalu ketat menyulut konflik,” kata dia.

Di sisi lain, Anum mempertanyakan kinerja intelijen. Seharusnya intelijen dapat mendeteksi potensi serangan atau kekerasan di Papua dalam waktu rentang waktu yang berdekatan dengan kunjungan Jokowi.

“Intelijen ini ke mana? Ternyata mereka tidak bisa mendeteksi hal-hal seperti ini,” ujarnya.
Tiga orang polisi tewas dan dua lainnya terkena luka tembak saat kelompok bersenjata menyerang Polsek Sinak di Kabupaten Puncak, Papua.

Sehari setelahnya, pesawat rombongan Kapolda Papua yang hendak mendarat di Sinak untuk melakukan evakuasi, ditembak. Penembakan itu, ujar Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, dilakukan oleh kelompok yang sama dengan yang menyerbu Polsek Sinak.

“Saat Kapolda akan melakukan evakuasi terhadap korban yang meninggal, dilakukan penembakan. Itu masih dilakukan oleh kelompok yang sama, yakni kelompoknya Benny Wenda,” kata Badrodin.
“Ada indikasi penyerangan itu dilakukan oleh kelompok TPN,” ujar Wakapolri Komisaris Jenderal Budi Gunawan.

TPN yang ia maksud ialah Tentara Pembebasan Nasional Nasional Organisasi Papua Merdeka di mana Benny bergabung.

Benny Wenda yang kini tinggal di London merupakan Kepala Perwakilan OPM di Inggris. Dia tokoh penggerak referendum kemerdekaan Papua.

Benny ditangkap Kepolisian pada Juni 2002 atas tuduhan penyerangan kantor polisi dan pembakaran dua toko di Abepura, Jayapura, pada 7 Desember 2000.

Oktober 2002, Benny melarikan diri dari Lembaga Pemasyarakatan Abepura. Dia menyelundup ke perbatasan Papua Nugini sebelum terbang ke Inggris dan mendapatkan suaka dari negara itu.

“Saya sebenarnya tidak ingin melarikan diri. Tapi saya tidak bersalah. Saya membela masyarakat saya. Pemerintah Indonesia tiga kali mencoba membunuh saya di penjara,” ujar Benny di Sydney, Australia, Mei 2003.

“Jika saya tetap di tempat itu, saya akan terbunuh. Salah satu pemimpin pergerakan, Theys Elluay, dibunuh Kopassus tahun 2001. Setahun kemudian, saya menjadi target mereka karena saya salah satu penggagas gerakan,” ucap Benny.

Kepala BIN terdahulu, Marciano Norman, mengatakan kelompok pimpinan Benny Wenda bekerja sama dengan berbagai lembaga swadaya masyarakat internasional yang mendukung kelompok separatis di berbagai negara.
(agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER