Keluarga Tolak Autopsi Jenazah Allya Korban Dugaan Malpraktik

Joko Panji Sasongko | CNN Indonesia
Jumat, 08 Jan 2016 18:04 WIB
Keluarga terduga korban malapraktik Chiropractic First berkeras enggan melakukan autopsi jenazah anaknya. Ada banyak cara pencarian bukti tanpa perlu autopsi.
Ilustrasi praktik dan terapi chiropractic. (Lisa F. Young/Thinkstockphotos.com)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ayahanda almarhum Allya Siska Nadya (33), Alvian Helmy Hasjim menyatakan pihak keluarga Allya tetap menolak dilakukannya autopsi terhadap jenazah anaknya tersebut. Alvian mengaku ada berbagai cara untuk menjelaskan penyebab kematian Allya tanpa harus melakukan autopsi.
 
"Pembuktian terhadap kematian Allya bisa melalui keterangan ahli. Ahli bisa bicara. Perkembangan dunia pendidikan dan teknologi juga bisa menjawab kematian Allya tanpa harus autopsi," ujar Alvian dalam keterangan pers di salah satu rumah makan di kawasan Senayan, Jakarta, Jumat (8/1).
 
Helmy menjelaskan sejak hari pertama laporan kepada Polda Metro Jaya pada Jumat (12/8) tahun lalu, penyidik sama sekali tidak menawarkan untuk melakukan autopsi terhadap jenazah Allya. Meski dirinya mendapat kabar laporan kasus kematian anaknya telah ditingkatkan pada tahap penyidikan setelah dua minggu laporan, penyidik Polda Metro Jaya juga tidak menawarkan untuk autopsi terhadap jenazah anaknya.
Lebih lanjut, Alvian mengungkapkan, tawaran autopsi baru datang kepada keluarganya setelah lima bulan Allya dimakamkan dan kasus kematian Allya menjadi konsumsi publik.
 
"Kami ini orang awam. Lagi pula perlu dipahami Siska (Allya) meninggal pada 7 Desember dan dimakamkan tanggal 8 Desember. Sudah lima bulan dan sudah sia-sia," ujar Alvian.
 
Lebih lanjut, Alvian menyampaikan, hal lain yang menjadi alasan penolakan autopsi terhadap jenazah Allya adalah soal pemahanan dirinya sebagai seorang muslim. Sebagai Dewan Majelis Pakar Persaudaraan Muslimin Indonesia dirinya juga telah berkonsultasi dengan berbagai pihak, salah satunya dengan beberapa pejabat Kepolsian untuk lebih memastikan pilihannya menolak dilakukan autopsi adalah hal yang benar.
"Harap maklumi keyakinan saya sebagai muslim. Awalnya saya tidak keberatan, tapi setelah lima bulan. Ini demi kehormatan. Biarkan anak saya tenang, biarkan pembuktian pada ahli," ujar Alvian.
 
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Allya tewas di RS Pondok Indah pada hari Jumat (7/8) tahun lalu. Sebelum tewas ia melakukan terapi di klinik tersebut karena merasa sakit pada bagian leher bagian belakang akibat aktivitas kerjanya yang terbilang tinggi. 

Wanita yang lulus dari jurusan Media dan Komunikasi di Universitas Teknologi Queensland, Australia, merasakan sakit yang luar biasa pada bagian lehernya hingga mengakibatlan muntah-muntah usai melakukan dua kali terapi dalam satu hari di klinik tersebut.

Orang tuanya yang panik kemudian membawa Allya ke RS Pondok Indah dan dimasukkan ke Instalasi Gawat Darurat untuk mendapat penanganan mendis yang lebih intensif. Namun, setelah beberapa jam berada di IGD, Allya menghembuskan nafas terakhirnya meski pihak RS telah melakukan langkah alternatif untuk menyelamatkan nyawa Allya.
Alasan Allya untuk melakukan pengobatan pada bagian lehernya karena pada pertengahan Agustus tahun lalu akan meninggalkan Indonesia menuju Prancis untuk melanjutkan pendidikan master.
Atas kejadian tersebut, Orang tua Allya kemudian melaporkan kejadian dugaan malapraktik yang dilakukan Klinik Chiropractic First ke Polda Metro Jaya.



ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

(pit)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER