Blog Bahrun Naim dan Segudang Cerita

Ike Agestu | CNN Indonesia
Kamis, 14 Jan 2016 20:28 WIB
Bahrun Naim yang kini diduga berada di Suriah, pernah menyerukan untuk meniru serangan militan di Paris, yang menewaskan 130 orang pada 13 November 2015.
Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono.
Jakarta, CNN Indonesia -- Bahrun Naim pernah ditangkap Detasemen Khusus 88 Polri menjelang kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke Indonesia pada 2010. Pria asal Solo ini dituduh terkait aksi terorisme dan kepemilikan amunisi secara ilegal.

Bahrun, yang kini diduga berada di Suriah, pernah menyerukan untuk meniru serangan militan di Paris, yang menewaskan 130 orang pada 13 November 2015.

Dengan judul “Pelajaran dari Serangan Paris” yang dipublikasikan pada 15 November—hanya terpaut dua hari dari tragedi Paris, di blognya, Bahrun mengatakan bahwa serangan itu “menakjubkan”.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alasannya, menurut dia, serangan itu dilakukan oleh pemuda terbaik yang berusia 15 hingga 18 tahun, dilancarkan di jantung “pusat salibis” dunia, dan dilancarkan dalam waktu singkat dengan jumlah korban besar.

Bahrun mengatakan bahwa serangan Paris inspiratif.

“Pertama, dari sisi korban jiwa yang cukup besar. Kedua, dari sisi perencanaan yang matang baik dari sisi target, timing, hingga akhir misi (end of action) yang berani,” tulisnya.

Ia juga mengatakan, serangan Paris hanya mampu dilakukan oleh “pasukan inghimasiyyin (sebutan bagi militan berani mati) yang akan meledakkan dirinya bila hendak tertangkap dan terkepung.”

Faktor lainnya, lanjut Bahrun, adalah karena “perhitungan efek yang menjadi bola salju” dengan banyaknya pemerintah yang merespons serangan itu sebagai ancaman di wilayahnya.

Ia juga memuji sel militan di negara “salibis”—sebutannya bagi negara berpenduduk mayoritas Kristen—sangat solid.

“Mereka hanya taat dan patuh terhadap perintah yang datang dari Daulah Islam [ISIS], bukan taat dan patuh terhadap perintah yang datang dari yang lain,” tulisnya.

Bahrun mengatakan, ketika akan melancarkan serangan, militan Paris melakukan banyak kamuflase, seperti mengubah penampilan, komunitas, bahkan untuk mencapai tujuan, para militan di negara Barat bahkan tidak mengakses media sosial dan internet.

Strategi pelaku serangan Paris, lebih lanjut menurut Bahrun, adalah dengan mengacaukan skema lingkaran yang biasanya diketahui secara umum oleh otoritas Barat.

Biasanya menurut Bahrun, lingkaran pertama pelaku adalah keluarga, teman; lingkaran kedua adalah teman dari teman, murid dari guru, teman satu organisasi; dan lingkaran ketiga adalah orang-orang yang dikenal atau orang yang mengenalnya.

Namun dalam serangan Perancis skema ini tidak berlaku, sehingga otoritas Barat hingga kini kesulitan melacak siapa saja yang masih hidup terkait serangan tersebut.

Di dalam blog-nya, Bahrun Naim mengklaim sebagai analis, strategi, dan kontra intelijen.

Dalam posting lain di blog-nya, Bahrun menjelaskan bagaimana cara membuat detonator TATP yang menurutnya mudah dibuat sebab materinya mudah diperoleh karena dijual bebas di toko-toko kimia.

Petang tadi, Nama Bahrun disebut oleh Kepala Kepolisian Daerah Metro DKI Jakarta Inspektur Jenderal Tito Karnavian sebagai satu nama yang diyakini sebagai otak dari serangan mematikan pada hari ini, Kamis (14/1).

Kamis menjelang siang, sebuah rentetan serangan berupa ledakan dan tembakan meletus di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat. Puluhan orang menjadi korban, dua di antaranya meninggal. Lima orang pelaku tewas di tempat. (rdk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER