Jakarta, CNN Indonesia -- Sudah dua minggu berlalu sejak Wayan Mirna Salihin tewas setelah menyesap es kopi Vietnam di Restoran Olivier, Grand Indonesia, Rabu 6 Januari.
Pemeriksaan masih dilakukan intensif oleh penyidik Kepolisan Daerah Metro Jaya terhadap saksi-saksi, mulai karyawan Olivier hingga keluarga dan teman terdekat Mirna, termasuk Jessica Kumala Wongso dan Hani, dua orang yang bersama Mirna saat detik-detik menjelang kematiannya.
Selain memeriksa saksi, polisi juga terus memburu bukti fisik kasus. Sianida ditemukan dalam lambung Mirna dan kopi Vietnam yang ia minum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Celana panjang Jessica yang dipakai saat bertemu Mirna di Olivier dan dibuang sesudahnya karena sobek, juga dicari-cari polisi. Segala cara dilakukan untuk menemukan jejak serbuk sianida, racun pembunuh Mirna.
 Polisi saat melakukan prarekonstruksi di Restoran Olivier, Grand Indonesia. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Dari temuan Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri, sianida dalam es kopi Vietnam Mirna berjumlah tiga gram. Berdasarkan bukti itu, polisi menetapkan Mirna tewas diracun.
Ahli forensik dari Universitas YARSI yang juga tergabung dalam Ikatan Ahli Forensik Indonesia, Ferryal Basbeth, mengatakan temuan sianida dalam lambung Mirna sebetulnya tidak bisa serta-merta dijadikan dasar bahwa korban tewas diracun.
"Perlu diperhatikan juga bahwa mayat memang menghasilkan sianida. Jadi kalau menetapkan pembunuhan karena menemukan sianida di lambung, itu kurang akurat. Polisi juga perlu mengambil sampel dari air liur, kantong empedu, dan urin, apakah ada sianida di situ," kata Ferryal kepada CNNIndonesia.com, Jumat (22/1).
Apapun, Ferryal mengatakan temuan sianida dalam cangkir kopi Mirna bisa menguatkan bahwa kejadian tersebut memang pembunuhan.
"Apalagi sianida yang sifatnya
bitter almond itu ditaruh dalam segelas kopi. Tidak ada jejak, malah memperkuat rasa pahit kopi. Jadi, saya bertanya juga dari mana pelaku ini tahu hal-hal seperti ini. Sianida kan biasa digunakan di militer," kata Ferryal.
Telusuri asal sianidaFerryal mengatakan racun sianida bermacam-macam jenisnya. Ada yang padat, cair dan gas. Sianida yang ditemukan polisi di cangkir Mirna merupakan jenis kalium sianida yang biasa digunakan untuk racun ikan.
Secara terpisah, Guru Besar Kriminolog dari Universitas Indonesia Muhammad Mustofa mengatakan pembunuhan dengan sianida merupakan jenis pembunuhan yang jarang sekali terjadi.
"Modus pembunuhan dengan racun kecil jarang dilakukan. Polisi perlu menelusuri dari mana sianida itu diperoleh. Bahan ini kan tidak boleh dijual bebas. Saya yakin polisi bisa mengungkap siapa yang menjual bahan baku ini," kata Mustofa.
Hingga kini belum satu tersangka pun ditetapkan kepolisian. Rencana penetapan tersangka yang sempat disebutkan Rabu pekan ini akhirnya batal. (Simak terus Fokus:
SIAPA TERSANGKA KASUS MIRNA?)
Dari sejumlah saksi yang diperiksa polisi, satu di antaranya, Jessica, cenderung dinilai publik lebih dicurigai polisi karena intensifnya pemeriksaan penyidik terhadapnya. Rumahnya di Sunter, Jakarta Utara, pun digeledah.
 Jessica Kumala Wongso, sahabat Mirna, usai diperiksa selama 7-8 jam di Markas Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (20/1). (CNN Indonesia/Joko Panji Sasongko) |
Polisi memanggil Jessica untuk diperiksa sampai lima kali, dan memeriksanya di ruangan interogasi khusus dengan melibatkan tiga psikiater.
Meski demikian, p
sikolog forensik dari Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian Reza Indragiri Amriel ragu akan keterlibatan Jessica. Menurutnya, berdasarkan logika penggunaan racun, pelaku menggunakan racun untuk membunuh karena secara psikologis tidak ingin frontal berhadapan dengan korbannya.
"Pelaku ingin tersembunyi. Jadi mestinya pelaku tidak pada jarak yang sedemikian dekat dengan korban. Saya duga pelaku tidak berada satu meja dengan korban," kata Reza.
Reza juga mengatakan, sianida yang sulit didapatkan menurutnya hanya bisa dipakai oleh orang-orang yang memiliki latar belakang khusus, mulai dari profesi, akses, dan otorisasi khusus.
Oleh sebab itu Reza meminta polisi untuk tidak terpaku dan terfokus hanya ke satu saksi saja dan mungkin melewatkan fakta-fakta atau keterangan saksi-saksi lain.
Lokalisasi orang dekat MirnaMustofa menyarankan polisi sebaiknya melokalisasi dugaan ke orang-orang terdekat Mirna, sebab pembunuhan semacam kasus Mirna biasanya melibatkan orang dekat seperti saudara, teman, atau orang-orang lain yang sering berinteraksi dengan korban.
Motif pembunuhan semacam itu pun, menurut Mustofa, bukan harta benda, tapi hal lain yang dipicu konflik interaksi dengan korban.
"Kalau dalam kasus pembunuhan seperti ini, harus selalu begitu. Dicari tahu, konfliknya apa. Kalau tidak konflik, untuk apa menghabisi nyawa dengan orang lain. Ini yang perlu ditelusuri," kata Mustofa.
Ayah Mirna, Edi Darmawan Salihin, usai diperiksa sebagai saksi di Markas Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (21/1). (CNN Indonesia/Joko Panji Sasongko) |
Gandeng polisi AustraliaUntuk memperkuat bukti kasus pembunuhan Mirna, Polda Metro Jaya bekerjasama dengan Kepolisian Federal Australia (AFP).
"Ada informasi yang sedang dicari Polda Metro Jaya dari Kepolisian Federal Australia. Informasi itu diperlukan untuk mengungkap kematian Mirna," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Krishna Murti. Ia enggan menyebut bukti apa yang mereka cari.
Mustofa meminta Kepolisian tidak gegabah dalam menetapkan tersangka, sebab sistem hukum di Indonesia yang kadang "bermasalah" membuka potensi yang salah menjadi benar, dan yang benar menjadi salah.
"Polisi mesti mencari bukti ilmiah kuat dulu agar tidak dipatahkan dengan argumentasi di pengadilan yang tidak masuk akal," ujar Mustofa.
Ayah Mirna, Edi Darmawan Salihin, berharap polisi segera mengungkap dan menangkap pembunuh putrinya.
(utd/agk)