Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyatakan membuka kemungkinan melibatkan Brasil dalam mengusut penyebab jatuhnya pesawat EMB-314 Super Tucano milik TNI Angkatan Udara di Blimbing, Malang, Jawa Timur. Brasil merupakan negara asal Super Tucano.
“(Brasil) akan kami panggil (mintai bantuan) nanti. Kalau tidak jelas, kami akan tanya (mereka),” kata Ryamizard di sela rapat dengan Komisi Pertahanan di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (10/2).
Super Tucano merupakan pesawat latih taktis buatan Embraer Defense System, Brasil, yang juga dikenal dengan pesawat antigerilya.
Sejauh ini Indonesia telah memesan 16 Super Tucano. Hingga saat ini ada 12 unit yang telah tiba di Indonesia, dan delapan di antaranya ditempatkan di Pangkalan Udara Abdul Rachman Saleh, Malang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Armada Super Tucano termasuk yang dikerahkan TNI AU dalam latihan militer di wilayah perbatasan RI seperti Kepulauan Natuna.
Saat ini Kementerian Pertahanan bersama TNI AU akan menggelar investigasi bersama terkait kecelakaan Super Tucano di Malang yang menewaskan dua warga sipil saat atap rumah mereka tertimpa badan pesawat.
Ada beberapa hal yang diperkirakan bisa menjadi penyebab kecelakaan, mulai dari faktor cuaca, manusia, hingga mesin pesawat.
Hasil evaluasi nantinya akan mempengaruhi nasib sisa pesanan Super Tucano yang belum tiba di Indonesia.
"Kami harus lihat lagi. Sekarang (setelah satu jatuh) tinggal 11 (Super Tucano di Indonesia). Ada empat lagi (belum tiba). Kalau mesin jelek, enggak usah (pesan) lagi," kata Ryamizard.
Berdasarkan laman resmi Embraer, Super Tucano memiliki panjang 11,3 meter, tinggi 3,97 meter, dan bentang sayap 11,14 meter. Pesawat ini dirancang untuk membawa peralatan tempur modern nan canggih.
Semua persenjataan di pesawat latih taktis ini terintegrasi dengan sistem penerbangan mutakhir yang dilengkapi sensor. Salah satu andalan Super Tucano adalah perangkat FLIR (
forward-looking infra red) dan DLIR (
downward-looking infra red).
Dengan perangkat FLIR dan DLIR tersebut, pilot bisa memonitor pergerakan pesawat tempur lawan dan gerilyawan di darat. Pesawat juga dilengkapi dengan sistem peringatan rudal (
Missile Approach Warning System) dan peringatan radar.
TNI meneken kontrak pemesananan Super Tucano pada Juli 2011. Pesawat ini memiliki kemampuan operasi jarak jauh dan mampu terbang nonsetop dari Malang sampai Balikpapan.
(agk)