Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mendistribusikan dana siap pakai senilai Rp150 milyar ke sejumlah daerah rawan banjir dan longsor. Dana tersebut disalurkan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB menjelaskan dana tersebut disalurkan untuk mengantisipasi terjadinya bencana banjir, tanah longsor dan angin puting beliung yang masih berpeluang terjadi. Hal ini sejalan dengan prediksi BNPB terkait puncak musim hujan yang kemungkinan bergeser dari biasanya Januari menjadi Februari.
"Untuk antisipasi banjir, longsor dan puting beliung pemerintah dan pemda sudah melakukan langkah-langkah antisipasi sejak November 2015. Banjir dan longsor adalah jenis bencana yang tergolong
slow on set. Tidak terjadi tiba-tiba seperti gempabumi. Harusnya bisa diantisipasi," ujar Sutopo melalui keterangan tertulis BNPB, Minggu (14/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya menggelontorkan dana siap pakai Rp150 milyar, Sutopo, mengatakan BNPB juga memperkuat ketersediaan logistik dan peralatan BPBD seperti kendaraan, tenda, makanan siap saji, obat-obatan, alat SAR, radio komunikasi, pembangunan pusat pengendali operasi, peralatan dapur umum dan lainnya.
Selain itu, lanjutnya, pelatihan dan peningkatan kapasitas juga dilakukan kepada personil-personil BPBD.
"Pada saat terjadi bencana, maka semua bantuan tadi dikerahkan untuk penanganan darurat. BNPB juga hadir memberikan pendampingan atau memperkuat kepada BPBD, baik perkuatan pendanaan, manajerial, logistik, peralatan dan administrasi," tuturnya.
BNPB mencatat sejak awal tahun hingga 12 Februari 2016 sebanyak 290 kabupaten/kota dilanda bencana banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung.
Akibat bencana tersebut, 45 orang dinyatakan tewas, 48 orang mengalami luka-luka, dan hampir satu juta jiwa mengungsi, dan ribuan rumah rusak.
Sutopo menambahkan, berdasarkan data sejarah kebencanaan di Indonesia, 96 persen bencana adalah bencana hidrometerorologi yang disebabkan pengaruh cuaca seperti banjir, longsor, angin puttng beliung, cuaca ektrem, kekeringan, dan kebakaran hutan dan lahan.
"Banjir, longsor dan puting beliung adalah jenis bencana yang paling dominan. Trend kejadian ketiga jenis bencana tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun," tuturnya.
Menurutnya, dampak perubahan iklim global secara siginifikan telah merubah pola curah hujan, baik pada perubahan intensitas, durasi dan tebal hujan. Saat ini, lanjutnya, frekuensi hujan dengan intensitas tinggi semakin sering terjadi akibat volume awan-awan orografik bertambah besar sehingga uap air yang dikandung juga semakin besar.
"Makin tinggi intensitas hujan, maka daya pukul terhadap permukaan tanah juga makin besar. Daya tampung dan daya dukung lingkungan tidak mampu mengalirkan aliran permukaan secara bersamaan sehingga banjir," jelasnya.
(ags)