LIPUTAN KHUSUS

Jet Tempur RI Buatan 'Sendiri' Mengangkasa 9 Tahun Lagi

Anggi Kusumadewi, Resty Armenia, Prima Gumilang | CNN Indonesia
Rabu, 02 Mar 2016 09:03 WIB
Tak lebih dari 10 negara di muka bumi ini yang sungguh-sungguh bisa membuat pesawat tempur. Indonesia kini hendak masuk jajaran elite negara-negara itu.
Foto: Dok. PT Dirgantara Indonesia

Kerja sama KF-X/IF-X antara Korea Selatan dan Indonesia yang dimulai tahun 2009 pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Lee Myung-bak sesungguhnya sempat tertunda.

Pada September 2015, Ryamizard menyatakan menunda kerja sama pembuatan KF-X/IF-X. Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dalam kunjungannya ke Korea Selatan juga mengatakan proyek KF-X/IF-X ditunda.

Kala itu Ryamizard berkata, KF-X/IF-X –yang sudah melewati tahap pengembangan teknologi oleh kedua negara, dengan Rp600 miliar telah dikucurkan Indonesia untuk kepentingan riset teknologi– bukan prioritas.

Ada tiga fase pembuatan KF-X/IF-X, yaitu pengembangan teknologi atau pengembangan konsep (technology development), pengembangan rekayasa manufaktur atau pengembangan prototipe (engineering manufacturing development), dan terakhir proses produksi massal.

Saat Ryamizard menyampaikan penundaan kerja sama itu, proyek KF-X/IF-X telah merampungkan fase pengembangan konsep dan hendak memasuki fase pengembangan rekayasa manufaktur.

Tak pelak pengumuman penundaan proyek KF-X/IF-X mengejutkan berbagai pihak, termasuk anggota Komisi Pertahanan DPR Tantowi Yahya. Ia menyayangkan terjadi penundaan sementara Indonesia telah menanamkan investasi untuk KF-X/IF-X.

Sebulan kemudian, Oktober 2015, Presiden Korea Selatan Park Geun-hye memerintahkan lembaga pengadaan pertahanan negaranya, Defence Acquisition Program Administration (DAPA), memastikan proyek pengembangan pesawat tempur mereka terlaksana sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan.

Yonhap News Agency, kantor berita Korea Selatan, ketika itu melaporkan proyek KF-X mengalami kemunduran karena pemerintah Amerika Serikat menolak untuk mentransfer empat dari 25 teknologi yang semula ditawarkan perusahaan raksasa pertahanan AS Lockheed Martin ke Korsel.

Penawaran Lockheed Martin itu merupakan bagian dari kesepakatan pembelian 40 unit jet tempur siluman F-35 Lightning II buatan perusahaan itu oleh Korea Selatan.

Korea Selatan memborong 40 unit pesawat siluman F-35 Ligthing, dan sebagai imbalannya mendapat janji transfer teknologi dari perusahaan pembuatnya, Lockheed Martin Amerika Serikat. (commons.wikimedia/United States Air Force)

Empat teknologi inti Lockheed Martin yang dilarang ditransfer oleh AS itu ialah radar pindai elektronik aktif, pelacak dan pencari inframerah, optik elektronik targeting pod, dan penghambat frekuensi radio (jammer).

Baca juga: Menhan Pantau Transfer Teknologi Jet Tempur Korsel-Indonesia

Namun kendala transfer teknologi tersebut tak menyurutkan ambisi Korea Selatan mewujudkan pesawat tempur mereka. Penasihat Keamanan Nasional Korsel Kim Kwan-jin mengatakan Negeri Ginseng dapat mengembangkan sendiri keempat teknologi inti itu. DAPA pun berencana mencari bantuan teknis dari Israel, Inggris, dan Swedia untuk mengembangkan radar.

Maka meski sempat terhambat, Seoul dan Jakarta terus mencoba mempersiapkan rincian pengerjaan proyek menuju fase kedua KF-X/IF-X, yakni pengembangan rekayasa manufaktur atau pembuatan prototipe.

Terobosan terjadi Desember 2015. Korea Aerospace Industries menandatangani kontrak dengan DAPA, dan kesepakatan penting tercapai antara AS dan Korea Selatan. AS akhirnya mengizinkan transfer teknologi untuk proyek KF-X/IF-X meski detail final belum diputuskan.

Satu demi satu pemecahan masalah tersebut akhirnya berujung pada penandatanganan cost share agreement antara Indonesia dan Korea Selatan di Jakarta pada 7 Januari. Kontrak diteken oleh Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan RI Timbul Siahaan dan CEO Korea Aerospace Industries Ha Sung-yong.

Selain cost share agreement, perjanjian penugasan pekerjaan atau work assignment agreement ditandatangani antara CEO Korea Aerospace Industries Ha Sung-yong dan Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso.

Penandatanganan kesepakatan tersebut disaksikan oleh Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu dan Kepala Defence Acquisition Program Administration Korea Selatan Chang Myoung-jin.

KF-X/IF-X bukan proyek main-main. Kedua negara mengerahkan sumber daya dan pendanaan optimal. Ilmuwan-ilmuwan terbaik Indonesia dan Korea Selatan akan bekerja sama erat selama 10 tahun di bawah satu atap.

“Jika sudah rampung, pesawat-pesawat F-16 dan Sukhoi yang sekarang dimiliki Indonesia, nanti kalah semua oleh KF-X/IF-X,” ujar Eris.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

(agk/sip)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER