Jakarta, CNN Indonesia -- Warga Mentawai, Gugun (37) tahun mengungkapkan gempa dirasakan sangat kuat di Mentawai, Siberut, dan Siberut Tengah. Gugun mengatakan saat ini 90 persen penduduk yang tinggal di Kepulauan Mentawai masih mengungsi ke dataran yang lebih tinggi.
"Dampak cukup kuat, 90 persen masih mengungsi ke bukit. Ditambah informasi yang simpang siur terkait peringatan tusnami," kata Gugun kepada CNN Indonesia, Rabu (2/3).
Sementara itu, jaringan komunikasi pun sangat sulit didapatkan, terlebih di wilayah Siberut dan Siberut Tengah. Terkait dampak kerusakan, Gugun belum bisa memastikan, pasalnya selain karena faktor malam hari, kebanyakan rumah di Kepulauan Mentawai adalah rumah panggung dari kayu.
"Kalau rumah sepertinya dampaknya kecil, karena rumah kayu dan panggung. Tapi jaringan ini sulit sekali."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gugun pun bercerita, jika beberapa saat setelah gempa, alat peringatan dini tsunami yang tersimpan di Siberut Tengah, tidak mengeluarkan suara peringatan.
"Itu alat deteksi dekat ruamh saya, saya tidak mendengar suara peringatan."
Gempa berkekuatan 8,3 SR terjadi di 682 kilometer Barat Daya Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Gempa dengan kedalaman 10 kilometer berpotensi tsunami.
"Gempa terjadi pukul 19:49:41 WIB,Lok:5.16 LS,94.05 BT, pada 2 Maret 2016. Potensi Tsunami," kata Kepala Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia kepada CNN Indonesia, Rabu (2/2).
Dari pemutakhiran informasi yang diperoleh BNPB, peringatan dini tsunami telah dikeluarkan di Sumatera Barat, Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, dan Lampung.
Gempa susulan terjadi juga 19:49:47 WIB, dengan koordinat 4.92 LS ,94.39 BT, kedalaman 10 kilometer dengan magnitude 7,8 SR.
(pit)