Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, gempa Mentawai merupakan jenis gempa bumi dangkal yang terjadi akibat aktivitas sesar mendatar. Gempabumi kuat yang dibangkitkan oleh sesar dengan arah pergerakan mendatar ini yang membuat aktivitas gempa tersebut tidak memicu terjadi tsunami.
“Verifikasi yang dilakukan terhadap peralatan monitoring pasang surut air laut (tsunami gauge) yang tersebar di pantai barat Sumatra disimpulkan bahwa tsunami memang tidak terjadi,” ujar Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangan resminya, Kamis pagi (3/3).
Menurut BMKG, posisi episenter menunjukkan bahwa pusat gempabumi ini terletak di bagian utara dari zona Cekungan Wharton. Cekungan Wharton memang banyak terdapat segmen
spreading ridge dan memiliki kaitan dengan pergerakan dasar Samudra HIndia dan zona patahan di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Lokasi ini berada di antara Kepulauan Mentawai dan zona
Ninetyeast Ridge,” kata Daryono.
Ninetyeast Ridge merupakan punggungan dasar laut di Samudera Hindia. Punggungan ini memiliki panjang sekitar 5 ribu kilometer dari Teluk Benggala ke selatan hingga sebelah barat Benua Australia. Punggungan ini diduga terbentuk oleh proses geologis jejak pergerakan benua mikro India dari selatan ke utara sejak 71 juta tahun lalu.
Daryono menjelaskan, pada masa pembentukannya, di dekat ridge ini juga banyak terjadi gempabumi yang mirip dengan investigator ridge di sebelah timurnya. Kondisi ini yang juga menyebabkan terjadi gempabumi yang berpusat di tengah samudera.
Hasil analisis mekanisme sumber gempabumi yang dilakukan BMKG, lanjut Daryono, menunjukkan bahwa nilai parameter sesar akibat gempabumi memiliki nilai strike 5 derajat dan dip 84 derajat. Hal tersebut berarti, gempabumi yang terjadi dibangkitkan oleh sebuah aktivitas sesar mendatar dengan arah jurus sesar yang berarah utara-selatan.
Terkait hubungan antara tektonik dan aktivitas kegempaan, kata Daryono, maka parameter sesar di atas menunjukkan adan relevansi dengan kondisi tektoniknya. “Dalam hal ini ada kaitan antara kawasan retakan (fracture zone) dan aktivitas gempabumi dengan penyesaran mendatar yang berarah utara-selatan tersebut,” tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, gempabumi tektonik berkekuatan 7,8 skala richter mengguncang Kepulauan Mentawai pada Rabu malam (2/3) pukul 19.49.47 WIB. Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa episenter gempabumi ini terletak pada koordinat 4,92 derajat lintang selatan dan 94,39 derajat bujur timur dengan kedalaman hiposenter 16 kilometer, tepatnya di Samudera Hindia pada jarak 636 kilometer arah baratdaya Mentawai.
Guncangan gempabumi yang dirasakan di Kepulauan Mentawai dan Kota Padang hanya mencapai skala intensitas II-III MMI. Hingga saat ini belum ada laporan kerusakan bangunan rumah sebagai dampak dari peristiwa gempabumi.
(rdk)