Jakarta, CNN Indonesia -- Penolakan atas reklamasi Teluk Benoa di selatan Pulau Bali tak hanya disuarakan lewat aksi demonstrasi turun ke jalan. Seorang sineas muda asal New York Amerika Serikat, Gary Bencheghib, menggaungkannya ke dunia lewat film dokumenter 40 menit berjudul
The Reclamation.
Gary yang lahir di Perancis, pertama kali menginjakkan kaki di Bali saat berusia sembilan tahun. Sejak saat itu pula ia jatuh cinta dengan Pulau Dewata. Pada usia 15 tahun, Gary mendirikan
Make a Change Bali –organisasi yang memiliki misi melindungi dan melestarikan lingkungan Bali dengan mengedukasi warga dan membaur bersama komunitas lokal.
Kini di usia 21 tahun, Gary terlibat aktif dalam aksi Tolak Reklamasi yang ia sebut sebagai “Salah satu gerakan lingkungan terbesar dalam sejarah Indonesia.” Hingga saat ini petisi online terkait Tolak Reklamasi di Change.org didukung sekitar 38 ribu orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
The Reclamation yang digarap Gary selama dua tahun, diluncurkan dalam tiga bagian. Episode pertama,
Bali vs. Mass Development, menceritakan tentang pembangunan yang kacau dan tak terkendali di Bali selama beberapa tahun terakhir, serta dampaknya terhadap warga Bali pun budaya tradisional mereka. Digambarkan pula pertentangan antara warga lokal dan pengembang proyek.
[Gambas:Youtube]
Pembuatan episode pertama
The Reclamation melibatkan pendeta Hindu tertinggi di Bali, Ida Pedanda Gede Made Gunung; aktivis lingkungan yang juga drummer grup band Superman Is Dead, Jerinx atau JRX; serta Ketua Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa (ForBALI) Wayan Suardana alias Gendo.
Reklamasi Teluk Benoa oleh PT Tirta Wahana Bali Internasional yang melibatkan dana investasi dalam jumlah besar, disebut sebagai proyek pembangunan terbesar di Bali. Pulau-pulau buatan akan dibangun dan dilengkapi dengan vila, pusat perbelanjaan, hotel, apartemen, gedung perkantoran, serta taman.
Namun untuk mewujudkan zona eksklusif nan mewah tersebut, ujar Gary, kawasan konservasi Teluk Benoa mesti dihancurkan sehingga berpotensi menimbulkan gangguan serius terhadap lingkungan dan warga setempat.
“Berada 12 ribu jauhnya dari Bali, hanya sedikit yang bisa saya lakukan untuk Bali. Dengan membuat film ini, saya berharap dapat menunjukkan bahwa pertarungan di Bali adalah universal. Kami berjuang untuk melestarikan budaya. Kami tak sanggup kehilangan identitas sejati Bali,” kata Gary dalam keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com.
Dua episode
The Reclamation yang berikutnya akan dirilis dua bulan setelah episode pertama
Bali vs. Mass Development.
Hari ini, Minggu (13/3), aksi Tolak Reklamasi digelar seribu orang di Legian, Kuta, Bali. Mereka mengenakan pakaian adat dan membawa poster-poster berbagai ukuran bertuliskan “Legian Tolak Reklamasi Teluk Benoa”.
Direktur Utama PT Tirta Wahana Bali, Heru Budi Wasesa, sebelumnya mengatakan perusahaannya mengikuti prosedur dan peraturan terkait rencana reklamasi Teluk Benoa, termasuk menyosialisasikannya kepada warga.
Sampai saat ini rencana reklamasi teluk Benoa belum terwujud karena terhambat soal analisis dampak lingkungan (AMDAL). PT Tirta Wahana Bali mengatakan siap menyempurnakan dokumen AMDAL tersebut.
(agk)