Kapolda Sulteng: WNA yang Tewas di Poso Beretnis Uighur

Rinaldy Sofwan Fakhrana | CNN Indonesia
Rabu, 16 Mar 2016 14:18 WIB
Tujuh warga etnis Uighur disebut bergabung ke kelompok teror yang dipimpin Santoso. Tak hanya berkaitan dengan Santoso, mereka juga disebut simpatisan ISIS.
Tujuh warga etnis Uighur disebut bergabung ke kelompok teror yang dipimpin Santoso. Tak hanya berkaitan dengan Santoso, mereka juga disebut simpatisan ISIS. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Rudy Sufahriady memastikan jenazah terduga teroris yang ditemukan di Poso, Selasa (15/3), adalah warga asing beretnis Uighur.

"Iya benar, berdasarkan hasil pemeriksaan dan anggota yang lihat langsung itu Uighur," kata Rudy saat dihubungi CNNIndonesia.com dari Jakarta, siang ini.

Ketika dikonfirmasi lebih lanjut, Rudy mengaku belum dapat menjelaskan persoalan yang melibatkan warga asing tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan informasi yang diperoleh CNNIndonesia.com, tujuh orang beretnis Uighur saat ini bergabung ke Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso alias Abu Wardah.

Keberadaan tujuh warga Uighur disebut telah terdeteksi di Poso. Empat di antaranya ditangkap di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, 11 September 2014.

Dengan tewasnya satu orang ini, berarti tersisa dua orang beretnis Uighur yang belum ditemukan.
Keterkaitan warga etnis Uighur dan kelompok teror di Indonesia menjadi perhatian Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Inspektur Jenderal Tito Karnavian. Ia mempresentasikan fenomena tersebut 18 Oktober 2015 silam, kala masih menjabat Kepala Polda Metro Jaya.

Menurutnya, keberadaan sejumlah orang beretnis Uighur di Indonesia tidak hanya berkaitan dengan jaringan teroris dalam negeri tapi juga Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Menurut penelusuran, perjalanan warga etnis Uighur ke Indonesia berawal dan Xinjiang, China. Dari sana, mereka menempuh jalur darat ke Thailand dan Malaysia, lalu menyebrang ke Indonesia secara ilegal lewat Riau.

Dari Riau, mereka melanjutkan perjalanan ke Jakarta, Bandung, dan kembali ke Jakarta.

Dari ibukota negara, mereka disebut terbang dengan maskapai komersial ke beberapa kota, seperti Surabaya dan Denpasar. Dari situ, warga etnis Uighur itu melanjutkan perjalanan ke Makassar sebelum akhirnya masuk ke Poso.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Inspektur Jenderal Anton Charliyan mengatakan, kepolisian belum bisa mengidentifikasi pengaruh kehadiran warga asing itu di Poso.

Di sisi lain, Anton menyebut, fenomena tersebut memperkuat dugaan polisi terhadap hubungan Santoso dan ISIS.

"Artinya ini bukan hanya jaringan nasional tapi juga internasional," ujarnya. "Kami masih menyelidiki apakah mereka turut membawa persenjataan untuk memperkuat Santoso."
(abm)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER