Jakarta, CNN Indonesia -- Pertemuan Ketua PDI Perjuangan Megawati dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pada Rabu (23/3) malam menarik perhatian publik.
Kedua tokoh yang berbeda pendapat terkait pemilihan gubernur DKI Jakarta, bertemu dalam peluncuran buku ‘Megawati dalam Catatan Wartawan: Menangis dan Tertawa Bersama Rakyat.’
Menurut penulis sekaligus ketua panitia acara peluncuran buku, Niniel WDA, undangan kepada Ahok diberikan atas kesepakatan panitia acara peluncuran buku. Sekitar 500 undangan disebar ke berbagai kalangan.
“Kami mengundang Ahok, seperti halnya kami mengundang presiden, wakil presiden, para pejabat, politikus hingga wartawan,” kata Niniel kepada CNNIndonesia.com, Kamis(24/3). Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla tak bisa datang karena keduanya memiliki agenda perjalanan ke luar kota.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Acara peluncuran buku yang memotret perjalanan Megawati dari kacamata 22 wartawan, digagas oleh para penulis yang sekaligus menjadi panitia.
Menurut Niniel, dia sempat berkonsultasi kepada Megawati dan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengenai undangan kepada Ahok.
“Keduanya menyatakan tak masalah karena keputusan undangan dalam acara peluncuran itu sepenuhnya urusan panitia,” kata Niniel.
Undangan kepada Ahok diberikan pada Selasa, satu hari sebelum acara dimulai. “Saya yang memberikannya langsung,” kata Niniel.
Pada saat acara peluncuran buku, Ahok datang terlambat. Dia segera bersalaman dengan Megawati. Meski begitu, kedatangan Ahok ini membuat Megawati terkejut.
"Nah, itu Pak Ahok datang. Saya heran juga dia datang. Soalnya ada ‘sampingannya’ yang bully saya tuh.”
Salah satu agenda acara itu adalah pemberian 10 buku kepada orang-orang yang dianggap memiliki hubungan dekat dengan Megawati. Sebagai ketua panitia, Niniel memilih Ahok sebagai orang yang pertama kali menerima buku dari Megawati. Para tamu bertepuk tangan dengan riuh saat Ahok menerima buku pertama dari Megawati.
“Saya ingin menunjukkan bahwa meskipun memiliki perbedaan tapi hubungan silaturahmi tidak boleh putus, Ahok dan Megawati adalah orang-orang yang punya perspektif yang luas,” kata Niniel.
Hal serupa terjadi saat Megawati merayakan ulang tahunnya pada 23 Januari lalu. Mega memberikan tumpengan pertamanya kepada Ahok.
Selama acara peluncuran buku Rabu malam, Megawati berulangkali memberikan sentilan kepada Ahok. Selain itu, saat Megawati menarik dana sumbangan untuk penerbitan buku, dia enggan menariknya dari Ahok. Padahal Megawati meminta para tokoh politik yang dekat dengan dirinya untuk menyumbangkan uang.
"Kalau (minta ke) yang itu (Ahok), nanti saya di-bully lagi. Nanti saja. Tunggu tanggal mainnya," kata Megawati.
Sementara itu Ahok menimpali dengan santai berbagai sentilan Megawati.
"Hubungan aku dengan Mega melampaui partai politik. Hubunganku dengan Ibu Mega kan seperti kakak-adik. Makanya kalau PDIP marah sama saya, saya bilang 'Gue bukan orang PDIP kok. Gue orangnya Bu Mega,'" kata Ahok setelah acara berakhir.
(yul)