Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menyatakan, tingkat keterpilihannya yang tinggi, berdasarkan hasil survei, karena masyarakat puas dengan kinerjanya. Sejumlah lembaga survei menyebut elektabilitas Gubernur DKI Jakarta itu masih sangat tinggi.
"Kalau kepuasan masyarakat tinggi biasanya diikuti elektabilitas yang mendekati angka itu, umumnya," kata Ahok di Kantor Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (30/3).
Ahok menambahkan, kepuasan masyarakat bisa didapat dari rekam jejak. Dalam konteks dirinya, ia mengklaim kepuasan masyarakat diperoleh dari sejumlah program kerja yang telah dilakukan.
Meski demikian, Ahok bercerita, banyak masyarakat yang tak menyukainya bahkan menjadikannya musuh. Hal tersebut mencuat saat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta pada 2012 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada orang tidak bisa terima saya karena saya bukan agama mayoritas walaupun saya baik. Mungkin keberatan karena punya konsep ajaran yang beda. Isu SARA itu segala macam, saya kenyang," katanya.
Lebih jauh, untuk Pilkada 2017 mendatang, ia mengatakan bisa jadi keberuntungan tak memihaknya lantaran program kerja Jakarta bebas banjir terancam tak terealisasi.
"Ada La Nina, laut pasang dan tanggul belum jadi, hujan seminggu, tenggelam Jakarta 40 hari. Pas pemilihan tenggelem hujan berhari-hari, kalau begitu orang pilih saya lagi tidak?" katanya.
Sebelumnya, dalam survei Charta Politika, Ahok mendapat 44,5 persen dukungan dari 400 responden survei. Selain Ahok, hanya Yusril yang mendapat dukungan lebih dari 10 persen dari para responden. Pengacara kondang itu tercatat mendapat 11 persen dukungan. Kemudian, nama Politisi PDIP Tri Rismaharini menempati posisi ketiga dengan meraih 7,3 persen.
Menurut catatan Charta Politika, 88,9 persen responden memutuskan tetap memilih Ahok walaupun ia tak menggunakan partai politik sebagai kendaraan dalam Pilkada. Hanya ada 1,4 persen responden yang berkata tak akan memilih Ahok jika ia maju dari jalur independen.
(sur)