Jakarta, CNN Indonesia -- Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia terus mengupayakan pembebasan sepuluh anak buah kapal asal Indonesia yang disandera kelompok militan Filipina, Abu Sayyaf.
Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan, para personelnya saat ini memantau alat komunikasi yang biasa digunakan sanak saudara para sandera.
"Alat komunikasi terus kami monitor untuk mengetahui pergerakan dan mendapat tambahan informasi," ujarnya di Gedung Negara Grahadi di Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, kemarin, seperti dilansir
Antara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Badrodin berkata, pemantauan itu adalah satu langkah yang dapat dilakukan institusinya dalam pembebasan para sandera.
Terkait upaya penindakan, kata Badrodin, saat ini Polri terus berkoordinasi dengan pimpinan Tentara Nasional Indonesia dan otoritas keamanan Filipina.
"Kalau mendapat izin maka Polri bisa membantu di sana. Kemudian bersama tim TNI bersinergi karena kapalnya milik TNI," ucapnya.
Sebelumnya, Direktur Tindak Pidana Umum Brigadir Jenderal Agus Andriyanto, Rabu (30/3), mengatakan tim tersebut berasal dari Subdirektorat Keamanan Negara di bawah pimpinannya.
Tim dikirim ke Tarakan, Kalimantan Timur, untuk bergabung dengan tim pembebasan yang sudah lebih dulu berada di sana.
"Sudah di sana dan berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri Indonesia dan pihak-pihak terkait untuk menentukan langkah selanjutnya," kata Agus.
Ketika ditanya apakah tim tersebut akan turun langsung membantu pembebasan sandera, Agus mengatakan hal itu masih belum dapat disimpulkan. "Yang pasti ada proses penyidikan yang dilakukan oleh tim di sana."
(abm)