Kepala BIN: Ada Warga Asing Ikut Disandera Bersama 10 WNI

Utami Diah Kusumawati | CNN Indonesia
Kamis, 31 Mar 2016 17:51 WIB
Kelompok militan Abu Sayyaf, kata Kepala BIN Sutiyoso, juga menyandera warga Kanada, Belanda, Norwegia, dan Filipina. Opsi penyerbuan jadi tak mudah.
Kapal Brahma 12 asal Indonesia yang dibajak kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina. (Facebook/Peter Tonsen Barahama)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso menyatakan ada warga negara asing yang saat ini disandera kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina bersama 10 anak buah kapal asal Indonesia.

“Di samping WNI, ada WNA. Setahu saya ada 11 orang. Ada dari Kanada, Belanda, Norwegia, Filipina,” kata Sutiyoso di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (31/3).

Keberadaan sejumlah warga asing itu, ujar Sutiyoso, membuat opsi pembebasan sandera dengan cara penyerbuan menjadi tak mudah karena ada aspek politis yang dipertimbangkan di samping aspek taktis semata.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keberadaan warga asing otomatis membuat operasi pembebasan sandera lebih sulit karena risiko kian tinggi. Keselamatan warga asing, selain 10 warga Indonesia sendiri di sana, juga mesti dipertimbangkan.

“(Kondisi 10 ABK Indonesia) masih aman, cuma kami tidak tahu apakah mereka (disandera secara) terpencar atau tidak. Itu perlu diketahui,” kata Sutiyoso.
Sebelumnya, kerabat salah satu ABK yang disandera mendapat informasi bahwa 10 ABK Indonesia disandera di sebuah rumah kosong di satu pulau. Namun apakah lokasi penyanderaan berubah atau tidak, belum diinformasikan.

“Sata perintahkan perwakilan BIN di sana untuk memantau ketat perkembangannya dan bekerja sama dengan intelijen Filipina. Informasi baru kami suplai terus ke pemerintah, termasuk Panglima TNI,” kata Sutiyoso.

Kementerian Luar Negeri RI menyatakan ada dua kapal yang dibajak Abu Sayyaf, yakni Brahma 12 dan Anand 12 yang membawa 7 ribu ton batu bara. Brahma 12 sudah dilepas dan kini di tangan otoritas Filipina, namun Anand 12 dan sepuluh awaknya masih disandera.

Wakil Komandan Pasukan Khusus Zambasulta, Mayor Jenderal Demy Tejares, seperti dikutip dari Inquirer, mengatakan Brahma 12 itu berlayar dekat Pulau Tambulian saat dua bersaudara anggota Abu Sayyaf, Nickson dan Brown Muktadil, naik ke kapal tersebut.

Nickson dan Brown Muktadil merupakan anggota brigade Abu Sayyaf pimpinan Alhabsy Misaya. Mereka kemudian menodongkan senjata kepada para ABK.

Kelompok Abu Sayyaf yang berbaiat kepada ISIS kerap melakukan penculikan, pengeboman, dan pembunuhan di wilayah selatan Filipina.

Kelompok itu meminta tebusan sekitar Rp15 miliar sebagai kompensasi pembebasan para anak buah kapal Indonesia. Namun pemerintah RI keberatan memenuhi tuntutan itu. (agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER