Jakarta, CNN Indonesia -- Orang tua Wendi Rakhadian, salah satu anak buah kapal (ABK) yang disandera kelompok Abu Syaaf di Filipina, berharap anaknya bisa dipulangkan dengan selamat. Saat ini keluarga terus memantau berita penyanderaan tersebut melalui media, termasuk rencana operasi penyelamatan.
"Semoga anak kami bisa pulang dengan selamat dan berkumpul lagi dengan kami," kata ayah Wendi, Aidil di Padang, Sumatera Barat seperti diberitakan Antara, Jumat (1/4).
Keluarga menurut Aidil, tahu kabar penyanderaan dari media massa yang menyebut Kapal Brahma 12 disandera kelompok Abu Sayyaf.
Sementara perusahaan kapal memberi kabar ada masalah dalam pelayaran dan disebutkan Wendi Rakhadian dalam keadaan sehat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wendi, kata Aidil, baru empat kali berlayar ikut kapal. Komunikasi terakhir Wendi dengan keluarga terjadi pada Rabu pekan lalu. Saat itu Wendi memberi kabar bahwa ia tengah berada di perbatasan laut Malaysia menuju Filipina.
Sementara itu warga setempat terus memberikan dukungan moril pada keluarga Wendi. Mereka menggelar doa untuk keselamatan sandera.
"Ini bukan hanya musibah bagi keluarganya namun juga bagi kami bahkan negara," kata Camat Pauh, Wardas.
Ia berharap pemerintah tidak gegabah dalam menyelamatkan sandera yang justru bisa membahayakan keselamatan para sandera.
Sebelumnya Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso menyatakan proses perundingan masih berlangsung dengan kelompok militan Abu Sayyaf.
Ia mengatakan, masih ada sisa waktu sepekan untuk menyelamatkan 10 warga Indonesia yang disandera.
Kelompok Abu Sayyaf yang berbaiat kepada ISIS kerap melakukan penculikan, pengeboman, dan pembunuhan di wilayah selatan Filipina. Mereka meminta tebusan sekitar Rp15 miliar sebagai kompensasi atas pembebasan para ABK Indonesia. Namun pemerintah Republik Indonesia keberatan memenuhi tuntutan itu.
Tebusan yang diminta kelompok Abu Sayyaf kepada Indonesia, menurut Sutiyoso, tergolong kecil dibanding dengan sandera lain yang nonwarga Indonesia.
“Sandera Kanada misalnya diminta satu orang dibayar satu miliar Peso. Jadi untuk dua orang Kanada, mereka minta dua miliar Poso. Kita (Indonesia), 10 orang itu diminta 50 juta Peso (Rp15 miliar). Itu sebagai pembanding,” ujar Sutiyoso.
Sementara itu Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Mulyono menegaskan operasi militer terhadap kelompok penyandera merupakan pilihan terakhir. Operasi militer ditempuh jika upaya negosiasi untuk membebaskan 10 warga negara Indonesia yang disandera mengalami jalan buntu.
"Jika tidak ada kesepakatan yang dicapai maka langkah terakhir adalah dengan melakukan operasi militer," katanya
(sur/antara)