Masjid Keramat, Pusat Kegiatan Warga Kampung Luar Batang

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Jumat, 01 Apr 2016 18:05 WIB
Pengurus Masjid Keramat Luar Batang meminta pemerintah membatalkan penggusuran penduduk yang tinggal di sekitar masjid.
Pengurus Masjid Keramat Luar Batang meminta pemerintah membatalkan penggusuran penduduk yang tinggal di sekitar masjid. (CNN Indonesia/Endro Priherdityo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tidak sulit untuk mencari Masjid Keramat Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, yang berdiri sejak zaman kolonial Belanda.

Dua menara berwarna gading dengan ujung lancip mencuat dari balik bangunan-bangunan pemukiman Kampung Luar Batang, menjadi penanda arah menuju masjid.

Dengan menelusuri jalan Luar Batang, lambat laun, bangunan masjid yang didirikan Habib Husin bin Abubakar bin Abdullah Alaydrus pada 1756, menampakan diri.
Bangunan masjid memiliki gerbang yang menghadap ke sebuah lahan kecil yang menjadi tempat parkir. Di tempat parkir tampak beberapa mobil kelas menengah ke atas yang kelihatan terawat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com saat mengunjungi lokasi itu pada Kamis (31/3), warga kampung Luar Batang memusatkan aktivitasnya di sekitar masjid meski saat itu sedang hujan rintik.

Seorang pria tampak lalu-lalang membawa jeriken air bersih sementara yang lainnya sibuk mengangkut kardus-kardus dengan kedua tangan. Di sudut-sudut jalan, tukang ojek siap mengantar masyarakat yang membutuhkan tumpangan keluar dari keramaian itu.
Belasan anak kecil yang semula tampak riang bermain di depan gerbang masjid seketika berbalik memelas meminta uang ketika ada pengunjung yang turun dari salah satu mobil terparkir di sana.

Tak hanya anak-anak, ibu-ibu pun menunggu rezeki di gerbang itu. Mereka datang menyambut ketika datang dua peziarah ke makam Habib Husin.

"Nasi! Nasi! Nasi!" kata dua orang ibu seketika diberi bungkusan oleh peziarah itu. Kemudian belasan orang di sana langsung menghampiri kedua pemuda berjaket hitam tersebut, meminta bagiannya.
Menurut Sekretaris Masjid, Mansur Amin, peziarah biasa membagikan rezeki di sana. Kadang tak hanya bungkusan nasi, tapi juga uang yang jadi pemberian para peziarah.

"Mereka kadang ada nazar atau keinginan, ya tidak apa-apa. Kadang-kadang tidak izin ke kami dulu juga kami biarkan saja, selama itu kebaikan tidak pernah kami larang," kata Mansur.

Menurut Mansur, setiap usai salat Jumat, ada alumni salah satu sekolah Jakarta yang membagikan bungkusan nasi untuk jamaah.

Adapun pengurus masjid biasanya memilih menyantuni masyarakat kurang mampu dengan memberi beras. Pengurus juga menyediakan klinik dan ambulans gratis untuk warga sekitar, terutama yang tidak mampu.
Terkait penggusuran, Mansur menolak rencana relokasi sekitar seribu warga Luar Batang. "Bagaikan uang, kalau masjid itu salah satu sisinya, kampung adalah sisi lainnya. Jika yang satu kosong, maka uang itu tidak ada artinya," kata Mansur.

Meski masjid itu sendiri tidak akan dibongkar, dia ingin jamaahnya bisa tetap tinggal di tanah yang sudah puluhan tahun ditempati itu.

Semestinya, kata dia, kawasan pemukiman itu dipercantik dan ditata, bukan dibongkar. Kebanyakan warga yang ditemui justru menolak berkomentar ketika ditanya soal wacana pembongkaran ini.

Sebagian di antaranya malah mengaku tidak tahu bagaimana kepastian nasibnya. "Saya gak tahu, setahu saya yang sudah pasti dibongkar yang di sana," kata Irwan, salah seorang warga RW 2, sambil menunjuk ke arah timur di mana pasar ikan berada.
Padahal, berdasarkan rencana, RW 2 pun turut masuk ke dalam zona 4 kawasan yang akan dibongkar. Pria yang ditemui saat berjualan cakram padat musik alias CD itu berharap tempat tinggalnya tidak digusur oleh pemerintah.

"Saya dari lahir di sini, Ahok jangan main gusur saja," ujarnya. (yul)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER