Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah polisi wanita memaksa seniman Ratna Sarumpaet meninggalkan lokasi penggusuran di kawasan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (11/4).
Ratna, yang mengenakan kebaya serta kain batik, diapit sejumlah polwan keluar dari Pasar Ikan setelah insiden antara aparatur keamanan dan warga pecah.
"Tidak ada sosialisasi. Masyarakat meminta Ahok. Suruh dia ke sini untuk berdialog dengan masyarakat," ucapnya, seperti dilansir
Detikcom.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ratna mendesak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk tidak tergesa-gesa menggusur pemukiman tersebut. "Seolah besok kiamat, berundinglah dulu," sindirnya.
Saat hendak dibawa polwan keluar dari lokasi penggusuran, Ratna terlihat memberontak. Ratna berkata, ia berada di Pasar Ikan untuk mengadvokasi masyarakat.
Melalui Ratna Sarumpaet Crisis Center, aktris senior tersebut giat mengadvokasi warga Pasar Ikan yang akan kehilangan rumah akibat penggusuran.
Menurutnya, tanpa memenuhi syarat-syarat penertiban, penggusuran hanya akan menimbulkan tragedi kemanusiaan.
Penertiban itu, kata Ratna, juga berpotensi menghilangkan jejak kebudayaan. Ia berujar, sejumlah cagar budaya seperti Masjid Jami dan Museum Bahari yang berada di kawasan itu terancam rata dengan tanah dan berganti hunian ekslusif.
"Konsep pemugaran setiap wilayah cagar budaya pun hendaknya didekati dengan pendekatan budaya, termasuk rekomendasi dari Tim Sidang Pemugaran dan Balai Pelestarian Cagar Budaya," kata Ratna.
Pada keterangan tertulis yang diedarkannya, Sabtu (9/4) lalu, Ratna mengaku telah menemui Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti terkait rencana penggusuran Pasar Ikan.
Ia juga mengaku sudah menyurati Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ia mendorong Ahok menunda penertiban kawasan tersebut.
(abm)