Serka Wardoyo dan Sertu Agung Triharto segera mengatur posisi dengan Bernadus. Mereka bermanuver membentuk formasi kanopi model pin atau stick, agar terlihat bertingkat seperti tongkat.
Bernadus mengambil posisi paling atas. Dia menjadi pengendali atraksi. Kakinya mengait kur parasut di bawahnya. Posisi yang sama juga dilakukan Wardoyo dan Agung.
Penonton di bawah melihat mereka saling bertumpu di atas parasut. Layaknya garis vertikal yang berdiri tegak. "Jadi kaki yang berperan mengait antara satu parasut dengan yang lain sehingga terjadi hubungan (seimbang tegak)," tuturnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak lama kemudian, mereka menyiapkan pendaratan. Lagi-lagi hati Bernadus berdebar. Butuh ketepatan perhitungan untuk mengatur kendali dan mengetahui kecepatan angin di bawah. Risikonya jika salah mendarat, kaki bisa keseleo atau paling parah bisa patah.
Misi demonstrasi selesai. Bernadus tersenyum lebar ketika bisa menginjakkan kaki dengan aman. Apalagi terdengar riuh tepuk tangan dari pengunjung yang menonton aksinya.
Sekian tantangan dan ketakutan yang memacu adrenalinnya hilang begitu saja. "Asyiknya jadi penerjun itu ada tantangan tersendiri, rasanya puas saat kita landing aman, puas di hati, besok ingin mencoba lagi," ceritanya.
Bernadus mengatakan, ada tiga momen yang paling menakutkan saat terjun payung, yaitu ketika mau keluar dari pesawat, saat mau mencabut parasut, dan momen pendaratan. "Tiga tahap itu yang ketakutan atau risikonya paling tinggi," ucapnya.
Namun bagi Bernadus, seorang penerjun harus bisa mengatasi rasa takut. Bukan berarti mereka harus merasa terlalu berani. Perhitungannya harus matang.
Sedikit saja ada perhitungan yang salah, pasti terjadi masalah. Apalagi jika masalah itu terjadi saat bermanuver formasi kanopi. Parasut bisa melilit satu sama lain.
Lelaki berkulit gelap ini tak jarang mengalami persoalan saat melayang di udara. Misalnya ketika parasutnya tak mengembang sempurna. Bahkan dirinya pernah terbungkus parasut saat melakukan formasi kanopi.
Kejadian itu dia alami ketika latihan maupun demonstrasi di Jakarta, Manado, dan Tasikmalaya. Dalam situasi ini, Bernadus berusaha tetap berpikir tenang dan tidak panik.
Dia potong talinya satu per satu. Bernadus memilih membuang parasut utama dan membuka parasut cadangan. Itu jadi alternatif terakhir jika masalah tak bisa diatasi.
"Cutaway (potong payung) dan terbungkus parasut sudah beberapa kali, puji Tuhan kami bisa mengatasi dan selamat sampai landing," Bernadus mengenang.