Tolak Reklamasi, Ratusan Nelayan Segel Pulau G

Aghnia Rahmi Syaja'atul Adzkia | CNN Indonesia
Minggu, 17 Apr 2016 11:12 WIB
Unjuk rasa nelayan untuk menolak reklamasi Teluk Jakarta juga diwarnai oleh aksi timbun badan dengan pasir oleh seorang wanita paruh baya di atas Pulau G.
Ratusan nelayan Muara Angke secara simbolis menyegel salah satu pulau hasil reklamasi Teluk Jakarta, Pulau G sebagai bentuk penolakan kebijakan reklamasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (CNN Indonesia/Aghnia Adzkia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ratusan nelayan Muara Angke menduduki salah satu pulau hasil reklamasi Teluk Jakarta, Pulau G sebagai bentuk penolakan kebijakan reklamasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dalam aksinya, nelayan menancapkan replika gembok bertuliskan "Disegel Nelayan" sebagai simbolis pendudukan pulau.

"Ini resmi disegel nelayan," kata Kuat Wibisono, Koordinator aksi sekaligus Sekjen Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI)dalam aksi tersebut, Minggu (17/4).

Selain meneriakkan "tolak reklamasi", unjuk rasa nelayan hari ini juga diwarnai oleh aksi timbun badan dengan pasir oleh seorang wanita paruh baya. Aksi teaterikal tersebut merupakan bagian dari kekecewaan nelayan terhadap Pemerintah DKI Jakarta yang dianggap nekat mereklamasi teluk.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya kecewa. Nelayan kecewa," kata perempuan tersebut.

Nelayan berdemo tolak Reklamasi Teluk Jakarta, di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Minggu (17/4).

Usai simbolisasi penyegelan, mereka melantunkan doa dan salawat.

KNTI dalam aksinya menuntut Presiden Joko Widodo turun tangan untuk menghentikan mega proyek reklamasi yang dinilainya semakin merugikan nelayan. Aliansi nelayan itu meminta pemerintah untuk mengkaji ulang dampak lingkungan reklamasi dengan melibatkan masyarakat sekitar. .

"Kami nelayan tidak ada yang mendukung reklamasi. Kegiatan di 17 pulau harus dihentikan. Alat berat harus dikosongkan," ujar seorang warga dalam aksi tersebut.


Sebelumnya, KNTI menilai proyek reklamasi 17 pulau di Teluk Jakarta telah menurunkan pendapatan nelayan sekitar 40 hingga 50 persen akibat memburuknya kualitas laut Jakarta.

Ketua Dewan Pembina KNTI Chalid Muhammad menjelaskan nelayan butuh lokasi tangkap ikan yang lebih jauh. Selain itu, kegiatan pembangunan di pulau-pulau reklamasi juga mengakibatkan laju arus air melambat hingga berpotensi menggenangi kampung nelayan.

Selain meneriakkan "tolak reklamasi", unjuk rasa nelayan hari ini juga diwarnai oleh aksi timbun badan dengan pasir oleh seorang wanita paruh baya. Aksi teaterikal tersebut merupakan bagian dari kekecewaan nelayan terhadap Pemerintah DKI Jakarta yang dianggap nekat mereklamasi teluk.

"Saya kecewa. Nelayan kecewa," kata perempuan tersebut.

Ratusan nelayan Muara Angke menduduki salah satu pulau hasil reklamasi Teluk Jakarta, Pulau G sebagai bentuk penolakan kebijakan reklamasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Minggu (17/4).

Aksi tersebut juga sempat diwarnai negosiasi alot antara perwakilan nelayan dengan petugas keamanan Pulau G, yang tidak mengizinkan penancapan tiang penyegelan di pulau tersebut.

Sambil menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar" para nelayan akhirnya berhasil menduduki Pulau G. Usai simbolisasi penyegelan, mereka melantunkan doa dan salawat.

KNTI dalam aksinya menuntut Presiden Joko Widodo turun tangan untuk menghentikan mega proyek reklamasi yang dinilainya semakin merugikan nelayan. Aliansi nelayan itu meminta pemerintah untuk mengkaji ulang dampak lingkungan reklamasi dengan melibatkan masyarakat sekitar. .

"Kami nelayan tidak ada yang mendukung reklamasi. Kegiatan di 17 pulau harus dihentikan. Alat berat harus dikosongkan," ujar seorang warga dalam aksi tersebut.

Aksi ini merupakan ekspresi kekecewaan nelayan yang merasa dirugikan dengan reklamas 17 pulau. Mereka yang tergabung dari sejumlah kelompok koalisi ini merasa haknya untuk mencari ikan dan hasil tangkapan laut lainnya dicuri. Para nelayan dengan perahu kecilnya tak dapat lagi menggunakan jaring di sekitar pulau tersebut.


Sebelumnya, KNTI menilai proyek reklamasi 17 pulau di Teluk Jakarta telah menurunkan pendapatan nelayan sekitar 40 hingga 50 persen akibat memburuknya kualitas laut Jakarta.

Ketua Dewan Pembina KNTI Chalid Muhammad menjelaskan nelayan butuh lokasi tangkap ikan yang lebih jauh. Selain itu, kegiatan pembangunan di pulau-pulau reklamasi juga mengakibatkan laju arus air melambat hingga berpotensi menggenangi kampung nelayan.

(ags)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER