Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla menyatakan Indonesia harus meningkatkan kewaspadaan terkait keselamatan 10 anak buah kapal warga negara Indonesia yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf.
Kewaspadaan dinilai penting untuk ditingkatkan setelah kelompok yang berbasis di Filipina itu kemarin dikabarkan mengeksekusi warga negara Kanada yang juga mereka sandera.
"Saya turut sedih (dengan kematian WN Kanada) dan tentunya kita semua harus waspada," kata Jusuf Kalla saat ditemui di Hotel Grand Sahid Jaya, Selasa (26/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Jusuf Kalla kewaspadaan itu wajar ditingkatkan agar kejadian yang sama tak dialami oleh 10 orang ABK Indonesia. Kabar yang terakhir diterima pemerintah mengatakan kodisi para sandera dalam keadaan baik-baik saja.
"Ya kita waspada agar jangan terjadi di Indonesia," katanya.
Sebelumnya Pemerintah Kanada mengonfirmasi bahwa salah satu warga negara mereka yang ditawan kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina, telah dieksekusi. Tawanan bernama John Ridsdel tersebut ditemukan dengan kepala terpenggal.
Melansir Reuters pada Selasa dini hari (26/4), Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau akan segera memberikan pernyataan resmi terkait hal tersebut, di waktu reses sidang kabinet yang tengah digelar di Alberta.
Militer Filipina mengatakan mereka menemukan kepala terpenggal di pulau terpencil pada Senin (25/4), lima jam setelah tenggat waktu tebusan yang diminta militan Abu Sayyaf, habis.
Militan Abu Sayyaf meminta tebusan sebesar 300 juta peso atau US$6,4 juta, paling lambat Senin (25/4) pukul 15.00 waktu setempat. Jika tebusan tidak dipenuhi, salah satu dari keempat sandera akan dipenggal.
Sebelumnya, tebusan yang diminta militan Abu Sayyaf untuk masing-masing sandera adalah satu miliar peso. Keempat korban tersebut disandera di sebuah resor mewah di Pulau Samal pada 21 September 2015 lalu.
Adapun keempat sandera tersebut terdiri dari dua orang asal Kanada, termasuk Ridsdel, seorang warga negara Norwegia dan seorang wanita Filipina. Keempatnya ditampilkan dalam sebuh video yang kemudian dikirimkan pada pihak keluarga dan pemerintah negara asal mereka, untuk meminta tebusan, yang menjamin keselamatan mereka.
(gil)