Pemerintah Dinilai Lamban Atasi Penyanderaan Abu Sayyaf

Utami Diah Kusumawati | CNN Indonesia
Kamis, 21 Apr 2016 09:52 WIB
Upaya pemerintah melalui negosiasi dinilai hanya akan membawa preseden buruk yang membuka peluang pemerasan lebih lanjut.
Keluarga WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf, Agustin Pilohoma (50) dan Jemmy Repi (58) duduk di belakang foto putranya, Alfian Elvis Repi, di kediaman mereka di Desa Kauditan, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Rabu (6/4). (AntaraFoto/Adwit B Pramono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah dinilai lamban dalam mengatasi kasus penyanderaan sejumlah anak buah kapal (ABK) Indonesia oleh kelompok militan Abu Sayyaf di perairan Filipina. Upaya negosiasi melalui jalur tebusan hanya akan membuka peluang pemerasan lebih jauh lagi.

Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sufmi Dasco Ahmad mengatakan pemerintah sebaiknya harus melayangkan protes keras terhadap Filipina.

"Pemerintah lebih mengakomodir pembayaran tebusan oleh perusahaan tempat WNI bekerja daripada bersikap lebih keras terhadap Filipina untuk memberi akses pada pasukan Indonesia," kata Sufmi di Jakarta, Kamis (21/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sudah hampir satu bulan berlalu sejak sepuluh WNI yang merupakan awak kapal tongkang Anand 12 dan Brahma12 yang membawa 7 ribu ton batu bara dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan menuju Filipina disandera Abu Sayyaf di Perairan Sulu pada 27 Maret lalu.

Belum selesai kasus tersebut, sebanyak empat orang WNI lainnya juga disandera kelompok Abu Sayyaf lainnya, pada 15 April lalu. Mereka adalah awak kapal tunda TB Henry dan kapal tongkang Crista yang dibajak dalam perjalanan dari Cebu, Filipina menuju Tarakan, Kalimantan Utara.

Sufmi menilai upaya negosiasi melalui tebusan hanya akan menciptakan preseden buruk di kemudian hari, karena ada kesan negara Indonesia lepas tangan atas nasib rakyatnya. Tak hanya itu, pemerintah juga akan dianggap mudah diperdaya dengan penculikan dan pemerasan.

"Bukan tidak mungkin hal serupa bisa terulang karena gerombolan Abu Sayyaf merasa nyaman menculik warga negara Indonesia. Padahal, hampir setiap hari kapal-kapal dagang Indonesia melintasi kawasan itu," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan terus memonitor perkembangan pembayaran tebusan terhadap 10 Warga Negara Indonesia (WNI) yang disandera Abu Sayyaf di perairan Filipina. Perusahaan kapal akan menebus senilai 50 juta peso atau setara dengan Rp15 miliar.

"Tebusan untuk 10 orang itu sedang difinalisasi oleh perusahaan. Ditunggu saja," kata Luhut setelah memberi kuliah umum di Universitas Indonesia, Rabu (20/4). Menurut Luhut, dari laporan sambungan telepon yang diterimanya kemarin, kondisi berlangsung dengan baik. (utd)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER