Megawati Ingat Pesan Gus Dur soal Nahdliyin dan Nasionalis

Basuki Rahmat | CNN Indonesia
Minggu, 01 Mei 2016 05:45 WIB
Megawati Soekarnoputri menyerukan warga Nahdliyin dan kaum nasionalis agar selalu bersatu menjaga keutuhan NKRI dan Pancasila.
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat menyampakan pidato politiknya pada Rakernas 1 PDI Perjuangan di Hall D JIexpo Kemayoran, Jakarta, 10 Januari 2016. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Pasuruan, CNN Indonesia -- Ketua Umum DPP PDI Perjuangan yang juga Presiden RI Ke-5 Megawati Soekarnoputri mengingatkan warga Nahdliyin dan kaum nasionalis agar selalu bersatu menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila.

Megawati mengatakan dirinya teringat pesan Gus Dur yang meminta jangan sampai warga Nahdliyin dan kaum nasionalis pecah. “Sebab kalau pecah maka negara ini akan rusak," ujar Megawati saat menghadiri Apel Besar Hari Lahir Ke-93 Nahdlatul Ulama di Taman Candrawilwatikta Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur, Sabtu malam (30/4), seperti dikutip Antara.

Megawati mengakui amanat Gus Dur tersebut harus selalu dilaksanakan dan dilestarikan, mengingat ancaman terhadap NKRI serta Pancasila semakin meningkat, baik menyangkut idealisme atau paham berbangsa dan bernegara maupun radikalisme, terorisme hingga narkoba.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mari bersatu dengan perekat Pancasila untuk menjaga NKRI yang kita cintai ini," kata putri kandung Presiden RI pertama Soekarno tersebut.


Megawati bercerita sejak kecil kerap bertanya kepada bapaknya seusai melihat seseorang menggunakan sarung dan bersurban bertamu kemudian berdiskusi cukup lama. "Kata Bapak, mereka itu kiai yang tugasnya menjaga rumah bangsa secara agama," katanya mengenang.

Di sisi lain, ia juga merasa terhormat diundang pada Harlah Ke-93 NU dan berterima kasih karena tanggal 1 Juni diusulkan NU sebagai Hari Lahir Pancasila.

"Semoga pemerintah bisa segera menetapkan. NU kan sudah saya perjuangkan punya Hari Santri 22 Oktober, sekarang gantian NU perjuangkan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila," katanya.

Sementara itu, Harlah NU bertemakan "Meneguhkan Pancasila, Mengibarkan Merah Putih" tersebut dihadiri sekitar 10 ribu orang dari berbagai kalangan, seperti kader NU dan badan otonom, kader PDIP, serta masyarakat umum.


Hadir memimpin Harlah adalah Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Wakil Rois Aam PBNU KH Miftahul Akhyar, Ketua PBNU Saifullah Yusuf, Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Sumardi, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, serta sejumlah anggota DPR RI asal FPDIP.

Saifullah Yusuf yang juga komandan apel besar mengatakan, sasaran besar kali ini adalah adalah usulan mengukuhkan dan menetapkan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila, sesuai yang dicetuskan Soekarno.

"NU sudah melakukan kajian akademik menentukan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila dan akan diusulkan kepada pemerintah," kata Gus Ipul, sapaan akrabnya.


Menurut dia, saat ini hanya ada Hari Kesaktian Pancasila, sedangkan hari lahirnya belum ada sehingga kajian dan naskah akademik yang sudah dilakukan NU dinilainya sangat tepat.

Dalam naskah akademik, kata dia, di antaranya NU berpendapat bahwa pidato Soekarno pada 1 Juni 1945 adalah fakta sejarah yang tak dapat disangkal, dan Soekarno adalah penggali Pancasila. "Agar momentum kesejarahan itu tidak hilang maka 1 Juni harus menjadi Hari Kelahiran Pancasila," katanya. (obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER