Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hendak memanfaatkan sungai Ciliwung sebagai sumber air baku bagi masyarakat sekitar. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sudah berkoordinasi dengan Perusahaan Air Minum Jakarta Raya (PAM Jaya).
"Saya sudah bilang sama PAM Jaya, semua rusun harus punya air baku pengolahan air sendiri. Pasang air sendiri," kata Basuki alias Ahok setelah menelusuri Kali Ciliwung, Rabu (18/4).
Adapun PAM Jaya akan mengeksekusi proyek ini pada akhir tahun. Direktur Utama PAM Jaya Erlan Hidayat mengatakan sudah mengajukan Permohonan Penyertaan Modal (PMD) sekitar Rp6,5 triliun rupiah untuk membangun Water Treatment Plan (WTP) atau instalasi pengolahan air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Erlan, proyek ini akan memakan waktu sekitar dua tahun dan diperkirakan selesai pada akhir tahun 2018. "Ada dua lokasi yang akan dibangun, di Pejaten, Jakarta Selatan dan Condet, Jakarta Timur," kata Erlan saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (18/5).
Ahok menyebut pengolahan air di Jakarta akan serupa dengan Singapura. Air sungai termasuk air limbah juga akan diolah dan dapat langsung diminum tanpa perlu dimasak.
"Kalau itu (terjadi), hemat berapa duit masyarakat kita. Nah, ini yang kami mau lakukan," ujar Ahok.
Menurut Ahok, PAM Jaya saat ini mengalami kebocoran pipa lama sebesar 40 persen. Dia menyarankan PAM Jaya untuk investasi pipa baru dan menutup Pintu Manggarai. Sebab air dapat di ambil dari Pintu Manggarai.
"Enggak usah pusingin Palyja sama Aetra. Ciliwung kan airnya ada terus, makanya kita tutup pintu manggarai, ambil air di situ. Termasuk air dari kanal banjir timur," kata Ahok.
Kendati demikian, Erlan menampik PAM Jaya memiliki masalah tersebut. Proyek ini, kata Erlan, akan tetap dijalankan dan tak ada hubungannya dengan operator dari pihak swasta yakni Perusahaan Air Minum Lyonnaise Jaya (Palyja) dan PT Aetra Air Jakarta.
PAM Jaya bekerjasama dengan dua perusahaan swasta itu dalam pengelolaan air di Jakarta. Sesuai kontrak, Palyja dan Aetra harus menyediakan air bersih bagi 80 persen warga Jakarta. Kedua perusahaan tersebut baru bisa menyediakan air bersih bagi 40 persen penduduk Jakarta.
Perjanjian itu menyebabkan tarif air di Jakarta menjadi salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara, yaitu sekitar Rp7.000 per meter kubik. Padahal, audit Badan Pemeriksa Keuangan Provinsi pada 2011 menyebutkan seharusnya air di Jakarta hanya Rp4.025 per meter kubik.
(pit)