Jakarta, CNN Indonesia --
Andy Karya, seorang alumnus Universitas Trisakti yang terlibat unjuk rasa 12 Mei 1998 di kampusnya menuntut Presiden Soeharto turun, pekan ini kembali ke kampus untuk pertama kalinya setelah 17 tahun.
Insinyur teknologi industri mesin yang lulus tahun 1999 itu melangkahkan kaki memasuki halaman universitas yang berlokasi di Jalan Kyai Tapa, Jakarta Barat, sambil menarik kumpulan memorinya 18 tahun lalu, saat empat rekan dia tewas tertembak dalam demonstrasi.
Sejumlah lokasi di Trisakti yang menjadi saksi bisu tragedi berdarah itu disambangi Andy. Trisakti, kata Andy, sudah banyak berubah, termasuk pepohonan di halaman kampus yang dulu tak selebat sekarang.
Saat berada tepat di depan Gedung DR Sjarif Thajeb, Andy spontan menunjuk Hotel Ciputra sambil berkata, “Menurut gue pelaku penembakan itu berasal dari sana, sniper. Kalau dari jembatan layang sepertinya enggak mungkin karena posisinya sejajar dengan pepohonan yang ada.”
Pasca-Tragedi Trisakti, berbagai informasi menyebutkan suara tembakan terdengar berasal dari Jembatan Layang Grogol yang berada tepat di depan kampus Trisakti. Namun, menurut Andy, bila melihat bekas tembakan di kaca bagian kanan Gedung DR Sjarif Thajeb, penembak mestinya berada pada posisi yang jauh lebih tinggi dari Jembatan Layang Grogol.
Andy juga menuju Monumen Reformasi yang masih berada di halaman kampus. Di situ, emosinya terkuras. Ia mengaku sedih dan menyesalkan waktu 18 tahun yang belum juga mampu mengakhiri pencarian kebenaran di balik penembakan keempat rekannya.
Peringatan Tragedi Trisakti yang berlangsung tiap tahun, ujarnya, terkesan hanya jadi semacam ritual. Hal itu, kata Andy, begitu ia benci.
Terkuaknya kebenaran. Hanya itu yang diinginkan Andy. Bukan peringatan atau seremoni apapun.