Jakarta, CNN Indonesia -- Jalan putaran balik dari arah Kampung Rambutan menuju Gerbang Tol Pasar Rebo menjadi salah satu lokasi terminal bayangan di Jakarta. Meski telah berusaha ditertibkan berulang kali oleh Dinas Perhubungan, lokasi ini tetap menjadi tempat menunggu favorit calon penumpang bus antarkota antarprovinsi (AKAP) tujuan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Lokasi Terminal Kampung Rambutan yang jauh menjadi salah satu alasan para calon penumpang bus lebih memilih menunggu di terminal bayangan tersebut. Sayangnya, hal ini justru dimanfaatkan oknum polisi untuk berbuat nakal.
Kenakalan oknum polisi di terminal bayangan Pasar Rebo adalah melakukan pungutan liar (pungli), polisi kerap meminta sejumlah uang kepada bus-bus yang hendak melintasi lokasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pungli di terminal bayangan sebenarnya bukan hal baru. Aksi nakal ini telah dilakukan oknum polisi sejak lama, namun kini polanya menjadi lebih terstruktur dan sulit terlihat dengan kasatmata.
Perubahan pola ini dilakukan seiring larangan yang semakin tegas bagi angkutan orang untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang lokasi, sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com di terminal bayangan tersebut pada 27 dan 28 Juni, polisi ditemukan menerima secarik amplop yang diberikan sopir melalui jendela bus AKAP.
Di lokasi ini, polisi beroperasi dalam dua waktu giliran kerja, sejak pukul 06.00 hingga 22.00, setiap kelompok beroperasi selama delapan jam.
Namun ada kalanya polisi tidak terlihat di sekitar lokasi, pukul 10.00 hingga 15.00. Pada waktu tersebut, polisi beristirahat dan tugas pengaturan lalu lintas diambil alih Dinas Perhubungan.
Aksi pungli di terminal bayangan Pasar Rebo ini dibenarkan oleh para pengemudi dan kondektur dari sejumlah perusahaan otobus (PO) yang kerap melintas di lokasi. Mereka mengaku harus mengeluarkan uang agar bisa berjalan lambat dan menaikkan penumpang di sekitar lokasi.
"Biasanya sekitar Rp20 ribu sampai Rp40 ribu," ujar salah seorang kondektur bus saat ditemui di Terminal Kampung Rambutan, Selasa (28/9).
Sementara itu, sopir bus berkata, kini polisi tidak sendiri melakukan pungli di terminal bayangan Pasar Rebo. Polisi bekerja sama dengan preman yang biasa memangkal di sekitar lokasi agar tidak terlihat secara terang-terangan di depan publik.
Memang, polisi di terminal bayangan Pasar Rebo terlihat sangat akrab dengan preman yang ada di lokasi. Polisi juga terkesan membiarkan preman meminta uang kepada sopir atau kondektur bus AKAP yang hendak melintas.
Modusnya, sebelum melintas di terminal bayangan Pasar Rebo, seorang preman masuk ke dalam bus. Preman itu langsung meminta sejumlah uang kepada sopir atau kondektur, kemudian turun sebelum bus masuk Gerbang Tol Pasar Rebo.
Terkadang, preman juga mengambil uang yang diberikan secara langsung oleh kondektur bus dari jendela. Sebagian penghasilan preman dalam sehari kemudian disetorkan kepada polisi.
Sopir PO jurusan sebuah kabupaten di Jawa Timur yang juga membenarkan hal tersebut. Menurut sopir yang menolak disebutkan namanya ini, bila tidak memberikan uang, sopir dan kondektur bus sering dicari kesalahannya agar bisa ditilang.
"Bisa dikatakan itu uang pengamanan," katanya.
Dia menyebutkan, modus pungli yang dilakukan kepada bus trayek Jawa Tengah dan Jawa Timur sedikit berbeda dengan bus jurusan Jawa Barat. Aksi pungli kepada bus jurusan Jawa Tengah dan Jawa Timur biasanya sudah dilakukan dengan melakukan pengawalan dari Terminal Kampung Rambutan hingga putaran balik Pasar Rebo.
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, aksi pungli juga dilakukan polisi di Terminal Kampung Rambutan. Di lokasi ini, sejumlah narasumber menginformasikan bahwa penghasilan polisi dari aksi pungli jauh lebih besar dibanding di terminal bayangan Pasar Rebo.
Salah seorang Pengurus sebuah PO bus mengaku pihaknya menyetorkan uang sebesar Rp400 ribu setiap bulan ke Pos Polisi Terminal Kampung Rambutan. Sosok yang tidak ingin disebutkan namanya itu mengatakan, uang tersebut telah menjadi pengeluaran keuangan rutin kantornya.
Bahkan menurut dia, jelang Hari Raya Idul Fitri seperti saat ini, seluruh PO yang ada di Terminal Kampung Rambutan patungan untuk memberikan uang yang mereka sebut 'Tunjangan Hari Raya' polisi.
Salah seorang penjual jasa penukaran uang di Terminal Kampung Rambutan menyatakan, polisi kerap memalak loket-loket PO. Aksi itu dilakukan oleh oknum polisi dengan menyambangi satu per satu loket PO di terminal yang berlokasi di Jakarta Timur tersebut.
Dia juga mengungkapkan, polisi juga menerapkan tarif tambahan sebesar Rp20 ribu per jam bagi loket yang masih beroperasi di atas pukul 20.00. Menurutnya, polisi menilai hal itu sudah berada di luar jam operasional.
(rdk)