Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Kesehatan Nila F Moeloek berkunjung ke klinik milik bidan yang menjadi tersangka penyebaran vaksin palsu, M Elly Novita di Ciracas, Jakarta Timur. Di klinik itu, hadir pula 10 orang tua yang bayinya diduga menerima vaksin palsu.
“Satu orangtua menceritakan anaknya muntah usai mendapatkan vaksin,” kata Nila, di Klinik Elly Novita, Ciracas, Jakarta Timur, Kamis (30/6).
Klinik itu menjual vaksin impor yang diduga palsu dengan harga Rp 325 ribu sekali suntik. Sedangkan dalam sebulan, anak dijadwalkan untuk menerima vaksin sebanyak dua kali.
Selain membeli impor, klinik tersebut mengambil sebagian vaksin gratis dari Puskesmas. Namun, sejumlah petugas dalam klinik tidak mengetahui perbedaan antara vaksin impor asli dan palsu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan keterangan dari korban, Nila mengatakan bahwa bidan menawarkan kepada orang tua korban antara vaksin yang mengakibatkan demam atau tidak. Kebanyakan orangtua korban memilih untuk gunakan vaksin yang tidak akibatkan demam.
"Yang tidak membuat demam itu adalah vaksin impor palsu," katanya.
Klinik bidan Elly yang dibuka sejak 2014 ini, kata Nila tidak membawa dampak yang begitu besar.
“Tidak ditemukannya masyarakat yang sakit dalam jumlah besar di kawasan tersebut,” kata Nila.
Bidan Elly Novita ditangkap di tempat praktiknya di Ciracas, Jakarta Timur, pada Rabu malam.
"Dia tenaga medis sekaligus mendistribusikan ke tempat lain," ujar Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri Brigjen Pol Agung Setya di Mabes Polri.
Dengan tertangkapnya Elly, jumlah tersangka kasus tersebut sebanyak 17 orang. Elly merupakan pengguna vaksin palsu pertama yang ditangkap polisi. Enam belas tersangka lain merupakan produsen, distributor,dan pencetak label.
(yul)