Jakarta, CNN Indonesia -- Ruang menyusui menjadi salah satu Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang ditetapkan Kementerian Perhubungan untuk sejumlah stasiun besar. Salah satunya adalah Stasiun Pasar Senen yang memiliki tiga ruang menyusui.
Manajer Senior Humas PT KAI Daop 1 Bambang Setyo Prayitno mengatakan sedikit atau banyaknya pengguna, ruang menyusui ini tetap harus dimiliki setiap stasiun. Hingga saat ini, beberapa stasiun besar lainnya macam Gambir dan Jakarta Kota pun memiliki dua ruang menyusui.
Sedangkan Stasiun Jatinegara, sambungnya, masih dalam proses pembangunan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berdasarkan SPM Kemenhub, ruang menyusui ini harus ada di setiap stasiun besar," ujarnya di Stasiun Pasar Senen, Senin (4/7).
Dalam ruang menyusui tersebut telah disediakan satu sofa, kulkas dan wastafel. Ruangan pun dilengkapi dengan pendingin (AC) yang diatur suhunya sekitar 23 derajat celcius untuk memberikan udara yang sejuk bagi anak bayi agar tidak kepanasan.
Bambang juga mengatakan bahwa keadaan ruang menyusui harus dibuat senyaman mungkin untuk kebutuhan ibu dan anaknya. Meskipun sudah ada sejak Lebaran tahun lalu, ruang menyusui ini diakuinya masih perlu alami evaluasi untuk peningkatan kualitas.
Sejauh ini, menurutnya, pengguna ruang menyusui disinyalir masih berada di bawah sepuluh orang setiap harinya.
"Kami belum bisa memastikan seberapa banyak pengguna ruang menyusui ini tapi yang pasti akan kami evaluasi terus apa saja yang kurang," ucapnya.
Dalam ruang menyusui yang berada di ruang tunggu Stasiun Pasar Senen, terdapat Maria Ulfa (34) yang sedang menyusui anaknya yang berusia delapan bulan.
Keberangkatan kereta tujuan Yogyakarta pukul 19.00 WIB ini membuatnya harus menunggu lama. Dia pun memanfaatkan ruang menyusui ini untuk memberikan ASI bagi anak gadisnya, Nafa.
"Ruangan ini membantu karena bisa memberikan privasi dan bikin saya enggak malu untuk
ngasih ASI," ucapnya.
Dengan fasilitas di dalamnya, Maria merasa sudah cukup nyaman. Hanya saja, sambungnya, satu sofa tidak akan cukup bagi para ibu lain yang akan memberikan ASI. Dia menyatakan jumlah sofa harus ditambah untuk membantu ibu lainnya agar tidak perlu mengantre terlalu lama.
Meski demikian, dia merasa pihak stasiun kurang dalam memberikan sosialisasi akan keberadaan ruang tersebut. Awalnya, dia mengaku merasa kebingungan karena tidak dapat memberikan ASI pada anaknya di muka umum. Usai menelusuri Pasar Stasiun Senen, barulah dia menemukan ruang tersebut.
(asa)