Mudik Ini (Tak) Membunuhku

Tiara Sutari | CNN Indonesia
Selasa, 05 Jul 2016 13:27 WIB
Pemudik bersepeda motor masih tercatat sebagai korban kecelakaan terbesar saat Lebaran tiba. Namun, moda transportasi itu tetap setia menemani hingga hari ini.
Pemudik bersepeda motor masih tercatat sebagai korban kecelakaan terbesar saat Lebaran tiba. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Terik Jakarta seolah menjadi beban tersendiri bagi Nanto Agusriyadi. Kemarin, dia bersama istri dan dua anaknya melintasi kawasan Kalimalang, Jakarta Timur untuk kembali ke kampung halamannya di Solo, Jawa Tengah. Ini adalah kelima kalinya dia menunggangi sepeda motornya untuk mudik.

Saya bertemu dengan Nanto (38) ketika mesin tunggangannya itu mogok di tengah jalan. Istri dan anaknya menunggu di satu Posko Ramadaniya di kawasan tersebut.

"Mesinnya kepanasan. Padahal baru satu jam tadi dari Cinere," kata dia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wajah Nanto macam lesu. Mungkin membayangkan perjalanan mereka masih panjang. Padahal, sambung dia, dirinya sudah melakukan pengecekan sebelum perjalanan mudik kali ini dimulai.

Tetapi Nanto bukan satu-satunya bermasalah dengan sepeda motor. Ada pula pasangan Suprianto dan Imas yang duduk dan tampak lelah. Imas mengungkapkan dirinya tak kuat untuk mudik menggunakan sepeda motor untuk ke Brebes. Jawa Tengah. Namun, karena alasan hemat, dirinya akhirnya mengiyakan permintaan suaminya. Mereka juga membawa anak semata wayangnya yang berusia empat tahun.

"Anak senang aja. Kan banyak temannya di jalan," kata Suprianto (28).

Dua keluarga itu itu tak sendirian. Ada ribuan pemudik yang menggunakan sepeda motor untuk kembali ke kampung halamannya menjelang Lebaran. Padahal, Kementerian Perhubungan mencatat pemudik dengan sepeda motor menjadi korban kecelakaan terbesar--hingga menyebabkan kematian.

Statistik Transportasi DKI Jakarta tahun 2015 mencatat pertumbuhan pengguna sepeda motor mencapai 10,54 persen sepanjang 2010-2014. Mungkin, ini salah satu sebab mengapa sepeda motor dijadikan moda alternatif untuk balik ke kampung halaman.

Soal jumlah sepeda motor memang juara. Posko Penjaga Ramadania yang berada di perempatan Kalimalang mencatat kepadatan pemudik motor yang melewati Kalimalang menuju Jawa Tengah, Solo, Brebes dan Semarang relatif padat dibandingkan dengan pengguna mobil pribadi. Rata-rata, masalah yang dialami pemudik adalah mesin sepeda motor yang terlalu panas.

Sementara Posko Pengaman Mudik Bekasi menyatakan sedikitnya 65.884 kendaraan roda dua, dan 6.369 roda empat telah melintasi Kalimalang sejak Sabtu malam. Petugas Posko Pengamanan Mudik Bekasi, Ajun Inspektur Satu Suparman mengatakan terdapat tambahan 21.475 kendaraan roda dua, dan 4.924 roda empat yang melintas kembali pada Minggu malam.

Data Kepolisian Bekasi juga mencatat total sepeda motor yang melintas di Kalimalang mencapai 164.015 kendaraan sepanjang H-7 sampai dengan H-4 Lebaran. Sementara, roda empat atau mobil pribadi hanya 16.500 kendaraan.

Suparman menambahkan, meski jumlah pemudik motor telah mengalami puncaknya, hingga kini belum ada korban jiwa akibat kecelakaan lalu lintas di wilayah Kalimalang.

“Sampai sekarang belum ada kecelakaan," kata Suparman.
Untuk mengamankan dan memantau arus mudik, Suparman berkata pihaknya mengerahkan unsur personel gabungan dari Brimob, tim kesehatan dan juga Dinas Perhubungan.

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan memaparkan sejak H-12 hingga H-3 siang hari sudah terdapat 2.498.746 kendaraan bermotor yang meninggalkan Jakarta. Kementerian itu juga mencatat sejak H-7 hingga H-4 Lebaran sedikitnya 150 jiwa pemudik meninggal akibat kecelakaan dengan 80 persen berasal dari pengendara sepeda motor.

Tingginya angka kecelakaan itu membuat Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) khawatir. Lembaga itu mengingatkan sepeda motor menjadi ‘mesin pembunuh’ pemudik ke kampung halaman akibat tingginya persentase kecelakaan yang berasal dari kendaraan tersebut.

Tulus Abadi, Ketua Pengurus Harian YLKI, menuturkan saban tahun proses mudik Lebaran menelan ratusan nyawa. Tak terkecuali pada 2015 lalu, jumlah korban meninggal dunia mencapai 657 orang.

“Sepeda motor itulah yang terbukti menjadi ‘mesin pembunuh’,” kata Tulus dalam keterangannya. “Lebih dari 72 persen korban fatalitas pemudik melibatkan sepeda motor.”
Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) sebelumnya menilai pemerintah belum mengoptimalkan pelayanan transportasi publik, terutama angkutan umum seperti bus yang beroperasi di jalur darat. Pilihan pemudik untuk menggunakan kendaraan roda dua, demikian lembaga itu, tidak terlepas dari ketersediaan jatah kursi dari angkutan umum itu sendiri, terutama moda transportasi kereta api.

Sedangkan untuk bus, harga tiket yang relatif mahal membuat pemudik tak menggunakan moda tersebut.

Soal kecelakaan, rupayanya tak menyurutkan niat Suprianto maupun Nanto untuk melanjutkan perjalanannya. Satu sepeda motor bahkan mereka pakai untuk dua sampai tiga anggota keluarga lainnya. Plus dua tumpukan kardus dan satu karung beras yang disimpan di depan motor.

"Sebenarnya sama saja. Mau motor mau bus kalau sudah takdir celaka ya celaka," kata Suprianto. "Saya sudah lima tahun tiap mudik pakai motor, jadi biasa saja." (asa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER