Jakarta, CNN Indonesia -- Keluarga narapidana kasus terorisme, Nuaim Ba'asyir, membantah permintaan kamar khusus untuk bertemu istri atau bilik asmara sebagai pemicu keributan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas II A Pamekasan, Jawa Timur pada Sabtu (9/7). Akibat keributan ini, Nuaim yang masih bersaudara dengan Abu Bakar Ba'asyir, dipindahkan ke Lapas Kelas IIB Tuban.
Bantahan mengenai permintaan bilik kamar ini diperoleh pengamat terorisme, Muhammad Jibriel dari istri Nuaim, Nunik Haryani.
“Pemicu keributan bukan karena permintaan bilik asmara, namun permintaan ruang pertemuan yang lebih bersih dan bebas rokok untuk para keluarga yang mengunjungi Nuaim dan para narapidana teroris lainnya,” kata Jibriel, Senin (11/8).
Menurut Jibriel, permintaan ruang pertemuan yang lebih bersih dan bebas rokok ini telah lama disampaikan, namun tak diindahkan petugas lapas. Padahal, kata Jibriel, narapidana umum mendapatkan kemudahan seperti pertemuaan di ruang kesehatan atau rumah sakit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kekesalan Nuaim semakin menjadi, karena pada Sabtu pagi itu dia mendapat kabar istrinya tak bisa masuk ke dalam lapas untuk berkunjung karena ditahan petugas.
“Nuaim menjadi marah karena mendapat informasi petugas menahan istrinya berkunjung, dia kemudian mengamuk,” kata Jibriel.
Nuaim yang marah kemudian mendatangi ruang kantor kepala lapas dan melempar genting ruang kantor. Setelah itu petugas lapas membuka pintu masuk kunjungan sekitar pukul 10.30 dari waktu kunjungan biasanya pukul 09.00.
Menurut Jibriel yang pernah bekerjasama dengan Nuaim mengatakan pria itu cenderung emosional.
“Orangnya temperamen tinggi, semangatnya tinggi,” kata Jibriel.
Nuaim Baasyir ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror di Surakarta, pada Mei 2013 dengan sangkaan berperan dalam memasok senjata ke kelompok teroris. Kemudian dia divonis hukuman enam tahun penjara.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Yasonna Laoly menyatakan mendapatkan laporan pemindahan Nuaim akibat keributan yang dipicu permintaan bilik asmara.
"Dia (Nuaim) minta sel khusus, kamar khusus (bilik asmara), tapi tidak diberikan petugas kami. Dia kemudian ribut dengan pengawas di dalam. Kita koordinasi dengan BNPT untuk geser ke Tuban," kata Yasonna kepada wartawan.
Menurut Yasonna, permintaan kamar khusus ini sulit dipenuhi, karena lapas dan rutan masih terkendala persoaalan kapasitas yang berlebihan.
“Di beberapa negara (bilik asmara) itu ada, namanya konjugal visit, tapi kita belum bisa menyediakan saat ini, karena fasilitas belum memungkinkan. Kami menangani masalah over kapasitas dulu,” kata Yasonna.
(yul)