Sejak 2010, Solo Empat Kali Diguncang Teror

Tiara Sutari | CNN Indonesia
Rabu, 06 Jul 2016 09:26 WIB
Solo pernah empat kali diguncang teror. Dua teror terakhir mengincar polisi, sementara dua teror sebelumnya menargetkan rumah ibadah.
Sejak 2010, Solo sudah empat kali diguncang teror. (ANTARA FOTO/Maulana Surya)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia kembali digemparkan dengan serangan teror bom yang terjadi di Polresta Solo, Selasa (25/7) pagi. Serangan teror ini bukan yang pertema. Sejak 2010, Solo sudah empat kali diguncang teror kelompok radikal.

Dua aksi teror terakhir menargetkan anggota kepolisian. Sementara dua teror sebelumnya menyasar rumah ibadah.

Aksi pada Desember 2010 adalah teror bom di sejumlah tempat menjelang perayaan Natal. Ancaman terjadi selama tiga hari berturut-turut sejak tanggak 7 hingga 10 desember 2010.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu bom rakitan ditemukan di dekat pagar luar Polsek Pasar Kliwon. Selain itu sejumlah ancaman teror bom molotov juga terjadi di beberapa gereja di Klaten dan Sukoharjo.

Setahun kemudian, 25 September 2011, ada aksi bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh Kepunton.

Pelaku tewas diidentifikasi bernama Ahmad Yosefa Hayat alias Ahmad Abu Daud. Dalam kejadian ini 28 orang jemaat gereja terluka parah. Pelaku sebelum meledakan diri berpura-pura ikut kebaktian.

Selang setahun, sekasi teror kembali terjadi. Sasarannya kali ini adalah Pos Pengamanan Lebaran di Gladak, Solo. Pelaku pada tanggal 18 Agustus 2012 melempakan granat di pos tersebut.

Tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. Granat yang diduga dilempar oleh pelaku yang hingga kini identitasnya belum diketahui pun berdaya ledak rendah.

Aksi teror terakhir terjadi tadi pagi. Pelaku yang diduga bernama Nur Rohman meledakan diri. Ia diduga menargetkan anggota Polres Cirebon yang tengah menggelar apel.

Pelaku awalnya nekat menerobos gerbang penjagaan dan berusaha masuk ke halaman Polres. Saat hendak dihentikan, ia meledakan diri. Petugas yang mencoba menghentikannya terluka di bagian wajah.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Agus Rianto mengatakan, kepolisian menjadi sasaran teror karena selama ini dianggap mengganggu pergerakan mereka. Sudah banyak anggota kelompok radikal ditangkap oleh tim Detasemen Khusus 88 Antiteror.

"Kepolisian diserang karena dianggap menggangu tujuan mereka (teroris)," kata Agus. (sur)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER