Jakarta, CNN Indonesia -- Ombudsman Republik Indonesia (ORI) melakukan penelitian perihal pelayanan publik di DKI Jakarta. Hasilnya, lembaga yang berwenang mengawasi pelayanan publik ini menemukan puluhan keburukan yang terbagi di beberapa sektor, salah satunya di sektor transportasi, khususnya pelayanan yang diberikan oleh Transjakarta.
Pimpinan Ombudsman Alamsyah Saragih menyampaikan temuan tersebut ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang diwakili oleh Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat.
Dalam penelitian selama dua bulan di lima koridor Transjakarta, setidaknya ada 10 temuan yang memperlihatkan buruknya pelayanan Transjakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Temuan pertama dan kedua adalah soal CCTV, di sepanjang jembatan penyeberangan tak ada CCTV yang terpasang dan beberapa bus Transjakarta juga ada yang tak dilengkapi CCTV," kata Alamsyah saat menggelar jumpa pers, Selasa (26/7).
Temuan selanjutnya terkait dengan pelayanan di halte. Temuan Ombudsman menunjukkan bahwa ada sejumlah halte Transjakarta yang tidak menyediakan fasilitas toilet.
Toilet bahkan tidak ditemukan di halte-halte transit atau central yang biasanya mengalami penumpukan penumpang.
Temuan lain dari Ombudsman memperlihatkan bahwa halte Transjakarta masih memiliki banyak kekurangan. Di antaranya adalah belum mengakomodir kebutuhan para penyandang disabilitas, minimnya tempat sampah, ketiadaan alat pemadam api ringan, hingga layar monitor penunjuk lalu lintas Transjakarta yang tidak berfungsi.
Beralih ke masalah jembatan penyeberangan, Alamsyah mengatakan masih banyak pengemis atau anak jalanan yang duduk dan meminta uang di jembatan. Hal itu, emnurutnya, mengganggu kenyamanan masyarakat pengguna Transjakarta.
Jembatan penyeberangan Transjakarta juga dianggap berbahaya bagi pengguna. Itu karena tangga penyeberangan yang curam dan menjadi licin saat diguyur hujan.
Satu hal yang menurut Ombudsman menjadi masalah utama Transjakarta adalah masih banyak armada bus yang tak nyaman untuk penumpang. "Masih terdapat bus yang tak layak dan tak nyaman untuk digunakan" kata Alamsyah.
Menyikapi temuan tersebut, Direktur Utama PT Transjakarta Budi Kaliwono menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan beberapa kebijakan untuk menutupi kekurangan yang ditemukan oleh Ombudsman.
Untuk masalah jeleknya armada, Budi menegaskan saat ini beberapa armada di sejumlah koridor sudah mengalami perbaikan. Bus-bus lama berwarna abu-abu sudah tak lagi menghiasi jalur Transjakarta.
"Sejak Januari kami sudah memberhentikan pengoperasian 200 bus yang tak layak," kata Budi.
Sementara untuk permasalahan halte dan jembatan, Budi mengatakan tak semua fasilitas di sana bisa ditangani oleh PT Transjakarta karena harus berkoordinasi dengan dinas terkait.
Masalah jembatan, misalnya, harus berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan dan Transportasi. Masalah lampu berhubungan dengan Dinas Energi, sedangkan CCTV harus dikoordinasikan dengan Dinas Komunikasi dan Informasi.
(wis)