Jakarta, CNN Indonesia -- Haris Azhar, Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mengungkapkan alasannya baru menerbitkan tulisan tentang pertemuannya dengan Fredi saat ini. Padahal pertemuan itu telah terjadi sejak tahun 2014 di Lapas Nusakambangan.
Dia menjelaskan, pertemuannya dengan Fredi saat itu terjadi di tengah kampanye pemilihan presiden yang cukup panas. Semua orang saat itu, menurut Haris, tengah sibuk menyambut kepemimpinan baru dari presiden yang terpilih.
Tak lama setelah itu, lanjutnya, publik juga diramaikan dengan isu dugaan kriminalisasi sejumlah pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat itu, Abraham Samad dan Bambang Widjojanto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan jujur saja saat itu ada jarak antara KontraS dengan polisi dan pemerintahan Jokowi. Sehingga kami tidak mau gegabah dengan sekadar melempar data, setelah itu sudah," ucapnya.
Haris juga beralasan, tak akan ada pihak yang memperhatikan jika tulisan itu dipublikasikan saat Fredi masih hidup. Hingga akhirnya, dia pun memutuskan untuk mempublikasikan tulisan tersebut kemarin.
Haris berpikir jika eksekusi mati itu tetap dilaksanakan, maka aparat penegak hukum akan kehilangan informasi soal pejabat yang mengambil keuntungan hingga miliaran rupiah dari bisnis narkoba.
"Dalam kurun waktu tujuh kali 24 jam saya diskusi dengan teman-teman dan akhirnya saya keluarkan tulisan ini. Itu resmi dan saya bertanggung jawab penuh atas tulisan tersebut," tuturnya.
Sebelumnya beredar informasi yang mengatakan Haris Azhar mendapatkan informasi siapa saja yang menjadi "teman" Fredi selama melakukan aksi penjualan narkoba. Informasi itu didapat Haris saat dia bertemu Fredi di Nusa Kambangan.
Dalam informasi tersebut, Fredi mengaku bahwa barang haram itu dia dapatkan dari China dengan harga yang relatif murah. Namun saat dibawa dan dijual ke Indonesia, harga tersebut meningkat tajam dan membuatnya bergelimang harta.
Sebelumnya, Haris mengaku telah mengubungi mengaku sempat menelepon juru bicara presiden, Johan Budi Sapto Prabowo beberapa hari sebelum mengedarkan tulisan tersebut. Ia mengatakan, Johan terkejut dan berjanji akan meneruskan informasi tersebut ke Presiden joko Widodo.
Namun sampai dengan tanggal eksekusi, Haris tak menerima kabar apapun dari Johan Budi soal respons Jokowi mengenai laporan Fredi Budiman tersebut.
(ags)