Jakarta, CNN Indonesia -- Polda Kepulauan Riau masih menelusuri keberadaan kapal tanker minyak MT Vier Harmoni yang mengangkut 900 kiloliter solar bernilai 160 juta ringgit atau lebih dari Rp5 miliar.
Kapal tersebut hilang sejak Rabu, 17 Agustus 2016 setelah bertolak dari pelabuhan Tanjung Pelepas di pesisir timur Semenanjung Malaysia, Senin (15/8).
"Selain anggota turun melakukan pencarian langsung, kami juga mengerahkan sejumlah alat untuk memantau keberadaan kapal tersebut," kata Kabid Humas Polda Kepri AKBP Hartono di Batam, Senin (22/8) dilansir dari
Antara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polda Kepri juga beberapa kali melakukan pencarian melalui udara dengan mengerahkan helikopter namun sejauh ini belum nampak keberadaan kapal tersebut di sekitar wilayah Kepri.
Hingga saat ini pencarian juga masih dilakukan oleh berbagai unsur dari TNI AL, Bakamla dan pihak terkait lain untuk mencari keberadaan kapal tersebut.
Penelusuran, kata Hartono, sudah dilakukan sejak Rabu (17/8) setelah mendapat informasi adanya kapal yang awalnya diduga dirompak tersebut.
Kapolda Kepri Brigjen Pol Sam Budigusdian sebelumnya juga menegaskan, kejadian tersebut bukan perompakan, namun masalah internal perusahaan yang mengakibatkan nahkoda membelokan kapal tersebut.
"Yang jelas itu bukan dirompak kemungkinan ada masalah internal antara perusahaan dengan karyawan, sehingga dibelokkan kapal itu. Kapolda sudah menyampaikan itu," kata dia.
Untuk memastikan yang terjadi pada kapal tersebut, harus menunggu keterangan dari kapten dan ABK yang berada pada kapal tersebut jika sudah ditemukan.
Hilangnya kapal tersebut pertama kali dilaporkan The Malaysian Maritime Enforcement Agency bahwa Kapal Tanker Vier Harmoni hilang di Pelabuhan Kuantan, Rabu pada Tim Western Fleet Quick Respons Lantamal IV Tanjungpinang.
Tim WFQR Lantamal IV di bawah komando Laksamana Pertama S Irawan menelusuri laporan terkait kapal berbendera Indonesia milik PT Vierlines. Pendalaman sementara kapal tidak dibajak, namun dilarikan oleh kru atau anak buah kapal tersebut kembali menuju Batam.
Perairan di sekitar Asia Tenggara memang kerap terjadi perompakan oleh lanun maupun militan yang ingin mencuri bahan bakar atau menculik awak untuk dimintai tebusan.
Malaysia, Indonesia dan Filipina Juni lalu sepakat meningkatkan patroli laut dan udara serta pengawalan terhadap kapal-kapal komersial di wilayah maritim bersama demi menghindari pembajakan, penculikan dan perampokan.
(rel)